Beberapa Hari Setelah Konfrontasi Sarah
Istana Negara, Jakarta dan Berbagai Lokasi Penangkapan
Istana Negara kini berdenyut dengan energi yang berbeda. Bukan lagi energi ketegangan pasif dan ketakutan seperti minggu-minggu sebelumnya, melainkan energi antisipasi yang tajam, persiapan operasi senyap berskala besar, dan tekad membara untuk menegakkan keadilan. Pengakuan Sarah Wijaya beberapa hari lalu, yang direkam dengan jelas dan didukung oleh bukti-bukti finansial serta alibi yang goyah, telah menjadi kunci pembuka kotak pandora konspirasi yang menjerat keluarga presiden dan mengancam stabilitas negara.
Nisa Farha, meskipun masih berada di lokasi aman dan belum tampil penuh di depan publik (rencana pidato kenegaraan masih dimatangkan untuk momen paling tepat), kini menjadi pusat komando virtual. Melalui jalur komunikasi super aman yang dijaga ketat oleh Angel Marina dan tim siber Istana, ia berkoordinasi tanpa henti dengan Reza Satria, Angel, Anton Prasetya, Wapres Pradipta Angkasa, dan kini juga melibatkan Kepala Kepolisian Nasional serta Kepala Badan Intelijen Negara yang paling ia percaya.
Pengakuan Sarah, yang merinci peran Hardiman Suryo sebagai otak di balik pembunuhan Zidan Hidayat (menggunakan ancaman terhadap keselamatan anak Sarah sebagai paksaan utama, selain memanfaatkan utang dan rasa iri Sarah), serta keterlibatan jaringan Hardiman dalam merekayasa skandal video Nisa-Zidan, menjadi dasar bagi aparat penegak hukum untuk bergerak cepat namun senyap. Ditambah dengan temuan investigasi tim Reza mengenai kehamilan Clara oleh Pak Jono (yang kini juga dalam pengawasan ketat) dan indikasi kuat sabotase pada mobil Alex, gambaran konspirasi jahat Hardiman Suryo menjadi semakin utuh dan mengerikan.
"Dia tidak hanya ingin menjatuhkan saya secara politik," ujar Nisa dengan suara dingin penuh amarah dalam rapat koordinasi virtual terbatas itu, wajahnya di layar tampak keras menahan emosi. "Dia ingin menghancurkan saya, menghancurkan keluarga saya, dengan cara paling keji. Memanfaatkan kerapuhan seorang sahabat, mengeksploitasi tragedi gadis muda seperti Clara, membunuh Zidan, menjebak Alex... Orang ini benar-benar iblis berwujud manusia."
"Kita punya cukup bukti awal untuk bergerak sekarang, Ibu Presiden," kata Kapolri. "Pengakuan Sarah Wijaya, bukti aliran dana dari lingkaran Hardiman ke Sarah, temuan forensik awal di mobil Alex, kesaksian tentang Pak Jono... Ini sudah cukup untuk surat perintah penggeledahan dan penangkapan beberapa target kunci dalam jaringan Hardiman."
Reza Satria mengangguk tegas. "Lakukan segera, Pak Kapolri. Tapi pastikan operasinya senyap dan terkoordinasi. Hardiman itu licin, dia pasti punya banyak mata-mata. Jangan sampai dia sempat kabur atau menghilangkan barang bukti." Kemarahan Reza sebagai suami dan ayah memberinya energi baru untuk memastikan keadilan ditegakkan.
Operasi penangkapan dan penggeledahan serentak itu dilancarkan sebelum fajar menyingsing keesokan harinya. Puluhan tim khusus dari Kepolisian dan KPK bergerak senyap ke berbagai lokasi di Jakarta dan beberapa kota lainnya:
* Kantor pusat Hardiman Suryo Corp dan kediaman pribadi Hardiman Suryo.
* Kantor redaksi portal berita FaktaIndonesia.com dan rumah sang Pemimpin Redaksi.