Setelah beberapa bulan berpisah, musim panas membawa kesempatan bagi Elias dan Mischa untuk kembali bertemu. Hari itu, mereka merencanakan sebuah pertemuan di taman tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama selama di sekolah. Ketika Elias tiba, dia merasakan aroma bunga-bunga yang bermekaran dan suara anak-anak bermain, semuanya membangkitkan kenangan manis dari masa lalu.
Mischa sudah menunggu di bangku favorit mereka, tersenyum lebar saat melihat Elias. Mereka saling berpelukan erat, merasakan kehangatan persahabatan yang tak terputus. Meskipun waktu yang telah berlalu, ikatan di antara mereka seolah tidak pernah pudar.
“Seperti yang kita janjikan, kita harus membuat momen ini spesial!” ujar Mischa penuh semangat. Mereka duduk berdua, dan Elias mengeluarkan makanan ringan yang mereka bawa.
“Bagaimana perasaanmu setelah semester pertama?” tanya Elias sambil membuka kotak makan siangnya.
Mischa menghela napas, sedikit bingung. “Sempurna dan menantang. Banyak hal yang harus aku pelajari. Aku mulai terlibat dalam organisasi kemanusiaan di kampus. Kami membantu anak-anak di panti asuhan dan memberikan dukungan moral.”
Elias terkesan. “Wow, itu luar biasa! Aku ingin terlibat lebih banyak dalam hal-hal seperti itu juga. Di kampus, aku juga sudah mulai membentuk kelompok dukungan untuk teman-teman yang merasa tertekan. Meskipun kecil, tapi aku merasa bisa membantu.”
Mereka berbagi cerita tentang pengalaman masing-masing dan bagaimana mereka mengatasi tantangan. Elias menceritakan tentang salah satu anggota kelompoknya yang mengalami masalah dengan bullying, dan bagaimana mereka bersama-sama mencari solusi.
“Rasanya sangat berbeda ketika kita berada di posisi sebagai pendukung, ya? Aku merasa lebih berdaya,” kata Mischa.