Hari-hari menjelang akhir semester di kampus terasa berbeda. Suasana penuh kegembiraan dan kesedihan bercampur aduk, tanda-tanda perpisahan mulai terlihat di mana-mana. Spanduk kelulusan menggantung di dinding-dinding, dan mahasiswa-mahasiswa berbondong-bondong berfoto di depan gedung-gedung ikonik. Di tengah keramaian itu, Elias dan Mischa merasa seakan waktu bergerak terlalu cepat.
“Tidak terasa kita hampir selesai, ya?” Mischa berbisik, matanya menyapu sekeliling dengan penuh nostalgia.
Elias mengangguk, merasakan kerinduan yang mulai menyelimuti hatinya. “Aku merasa kita baru mulai, tapi sudah harus berpisah,” katanya, suaranya dipenuhi ketidakpastian.
Kegiatan sehari-hari mereka dipenuhi dengan persiapan untuk kelulusan. Ujian akhir yang mendekat, proyek yang harus diselesaikan, dan semangat untuk menyambut masa depan menyatu dalam pikiran mereka. Setiap malam, mereka belajar bersama, berbagi catatan, dan saling menguatkan.
Suasana di kampus semakin bersemangat. Mahasiswa lain juga terlibat dalam persiapan, menciptakan kenangan terakhir yang akan dikenang selamanya.
Suatu malam, setelah sesi belajar yang melelahkan, Elias dan Mischa duduk di bangku taman kampus, merenungkan perjalanan mereka selama ini.
“Kita sudah melalui banyak hal, ya? Dari ujian pertama hingga momen-momen seru di kafe,” kata Elias, senyum kecil menghiasi wajahnya.
“Dan kita selalu ada untuk satu sama lain,” Mischa menambahkan, mengenang bagaimana mereka saling mendukung dalam suka dan duka.
Teman-teman mereka memutuskan untuk mengadakan acara kecil untuk merayakan persahabatan yang telah dibangun. Keceriaan menyelimuti ruang perayaan dengan tawa, permainan nostalgia, dan berbagi cerita.
“Ingatan kita saat menghabiskan waktu di kafe dan belajar bersama adalah hal yang tidak akan pernah terlupakan,” Mischa mengucapkan toast di tengah kerumunan.
Elias mengangkat gelasnya, menambahkan, “Untuk persahabatan, dan semua kenangan yang telah kita buat!”