Perjalanan menuju sekolah lama mereka membawa kembali ingatan yang telah lama tersimpan. Elias dan Mischa duduk di dalam mobil, suasana hati mereka campur aduk, antara kegembiraan dan kecemasan.
“Tidak percaya kita akan kembali ke sini setelah sekian lama,” Mischa berkata, matanya berbinar dengan harapan dan nostalgia.
Saat mereka memasuki gerbang sekolah, aroma familiar dari pepohonan dan halaman yang luas menyambut mereka. Tanda-tanda kenangan menghantui setiap sudut, dari lapangan basket tempat mereka sering bermain hingga kelas yang penuh tawa dan air mata.
Mereka melangkah ke dalam gedung, dan kenangan mulai membanjiri pikiran mereka. Elias teringat saat-saat menyenangkan ketika mereka berpartisipasi dalam pertunjukan seni, di mana Mischa berperan sebagai bintang panggung. “Ingat saat kamu hampir terlambat dan harus berlari ke panggung?” katanya sambil tertawa.
“Dan kamu hanya bisa menatapku dari sisi panggung,” Mischa menjawab dengan senyum malu, tetapi ada kilasan kesedihan di matanya saat mengenang saat-saat sulit ketika bullying terjadi.
Kenangan itu, meskipun menyakitkan, adalah bagian dari perjalanan yang telah membentuk karakter mereka.
Saat mereka memasuki aula, suasana reuni mulai terasa. Teman-teman lama mulai berdatangan, suasana hangat dan ceria menghiasi ruangan. Mischa dan Elias disambut oleh Rina, sahabat lama yang selalu mendukung mereka.
“Lama tak jumpa! Kalian terlihat hebat!” serunya sambil memeluk mereka.
Mereka bertiga bercengkerama, mengingat berbagai momen lucu dan tidak terlupakan. Meskipun ada perubahan dalam penampilan dan kehidupan, ikatan yang terjalin tetap terasa kuat.
Dalam suasana reuni, mereka menemukan diri mereka terlibat dalam percakapan mendalam tentang bagaimana mereka telah berubah sejak lulus.
“Aku sekarang bekerja di bidang pemasaran, dan rasanya sangat berbeda dari apa yang kita pelajari di sekolah,” Rina menjelaskan, dengan semangat.