Suara riuh mahasiswa berbaur dengan suara klakson mobil di luar gedung kampus. Hari itu, Elias dan Mischa merayakan kelulusan mereka dengan penuh suka cita, tetapi di balik senyuman mereka tersimpan perasaan campur aduk. Dunia baru menunggu mereka—dunia yang dipenuhi dengan tantangan dan tanggung jawab.
“Rasanya aneh, ya? Kita sudah lulus,” kata Elias, menatap langit yang cerah.
“Ya, dan sekarang kita harus mencari pekerjaan. Rasanya mengerikan sekaligus mendebarkan,” jawab Mischa, dengan nada sedikit cemas.
Proses pencarian pekerjaan dimulai dengan mengirimkan lamaran yang tak terhitung jumlahnya. Setiap hari, mereka menunggu kabar dari perusahaan-perusahaan yang mereka lamar.
“Kenapa rasanya semakin sulit?” Elias menggerutu saat memeriksa emailnya.
“Karena ini adalah realitas dunia kerja, Elias. Kita harus bersabar dan tetap positif,” Mischa mencoba menguatkan.
Setiap panggilan wawancara membawa harapan baru, tetapi penolakan demi penolakan membuat mereka meragukan diri sendiri. Di malam hari, mereka berbagi cerita dan saling menghibur, berusaha mengatasi rasa putus asa yang mulai mengintai.
Akhirnya, setelah berhari-hari menunggu, email yang mereka tunggu-tunggu tiba. Mereka berhasil mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang mereka impikan. Kegembiraan meluap, tetapi ketidakpastian tetap menghantui.
“Bagaimana kalau kita tidak cocok?” tanya Elias dengan keraguan.
“Kita hanya perlu melakukan yang terbaik. Setiap awal pasti ada tantangan,” Mischa menjawab sambil tersenyum, berusaha menenangkan teman baiknya.
Hari pertama di kantor membuat jantung mereka berdebar. Lingkungan baru, rekan-rekan kerja yang asing, dan ekspektasi tinggi membuat mereka merasa tertekan.