Di tengah kebisingan kota, di sebuah kafe kecil yang mereka sering kunjungi, Elias dan Mischa duduk berseberangan, terdiam memandangi email yang baru mereka terima. Tawaran untuk bekerja dalam proyek sosial di luar negeri tiba-tiba menjadi nyata. Kegembiraan dan ketakutan menyelimuti mereka, menyatukan dua perasaan yang saling bertolak belakang.
“Ini adalah kesempatan yang kita tunggu-tunggu, kan?” tanya Elias, matanya berbinar.
“Ya, tapi… ini juga berarti meninggalkan semua yang kita kenal,” jawab Mischa, merasa campur aduk. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan menjadi babak baru dalam hidup mereka—sebuah langkah yang berani menuju hal yang tidak diketahui.
Setelah menerima tawaran tersebut, hari-hari mereka dipenuhi dengan persiapan. Mereka mulai mengurus dokumen perjalanan, menjalani pelatihan, dan menjalin hubungan dengan anggota tim baru.
“Jangan lupa paspor!” Elias mengingatkan saat mereka mengemas barang-barang mereka.
“Dan obat-obatan! Kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi di sana,” Mischa menambahkan sambil tertawa, meskipun di dalam hatinya ia merasakan sedikit kecemasan.
Momen-momen lucu dan haru mewarnai proses persiapan ini. Saat mereka berlatih berbicara dalam bahasa lokal, Mischa tidak bisa menahan tawa ketika Elias salah mengucapkan kalimat. “Aku rasa kita harus belajar lebih banyak sebelum tiba di sana!” ujarnya sambil tertawa.
Hari perpisahan tiba, dan suasana di rumah sangat emosional. Keluarga dan teman-teman berkumpul untuk mengucapkan selamat tinggal.
“Jangan lupa untuk mengirimkan kabar, ya!” kata ibunya dengan mata berkaca-kaca.
“Dan bawa kembali cerita-cerita menarik!” tambah sahabat mereka, Rina, dengan senyuman haru.
Elias dan Mischa berusaha menyampaikan rasa syukur mereka untuk dukungan yang telah mereka terima selama ini. Mereka berjanji untuk kembali dengan pengalaman dan cerita baru yang akan menginspirasi orang-orang di sekitar mereka.
Saat tiba di negara baru, perasaan campur aduk kembali menghantui mereka. Budaya yang berbeda, bahasa yang asing, dan keunikan lokal menyambut mereka.