Suasana bandara terasa hangat dan akrab saat Elias dan Mischa melangkah keluar, menghirup udara segar kampung halaman setelah berbulan-bulan berada jauh dari rumah. Perasaan rindu yang mendalam bercampur dengan nostalgia saat mereka melihat kembali tempat-tempat yang familiar. Namun, dengan pengalaman baru di dalam diri mereka, segalanya tampak berbeda.
“Lihat, pohon mangga itu masih berdiri di sana,” kata Elias, tersenyum mengingat kenangan masa kecilnya.
“Dan taman itu, kita sering bermain di sana,” Mischa menjawab, matanya bersinar saat melihat kenangan-kenangan masa lalu. Kembali ke rumah bukan hanya tentang fisik; itu adalah perjalanan untuk menemukan kembali diri mereka dalam konteks yang baru.
Begitu mereka melangkah ke rumah, sambutan hangat dari keluarga dan teman-teman terasa sangat berharga. Orang tua Elias memeluknya erat, air mata kebahagiaan membasahi pipi mereka.
“Kamu sudah tumbuh banyak, Nak!” kata ibunya, menatapnya dengan bangga.
Teman-teman lama mereka juga datang untuk menyambut, terlihat terkejut oleh perubahan yang terlihat pada Elias dan Mischa. “Kalian terlihat berbeda! Penuh semangat!” seru salah satu teman mereka. Perasaan hangat itu mengingatkan mereka bahwa meskipun mereka telah pergi, cinta dan dukungan dari komunitas tidak pernah pudar.
Suatu malam, di teras rumah, Elias dan Mischa duduk berdua sambil mengingat perjalanan mereka. “Aku merasa seperti kita telah belajar begitu banyak selama di luar negeri,” kata Mischa, menatap bintang-bintang. “Kita melihat dunia dengan cara yang berbeda.”
Elias mengangguk. “Ya, dan itu membuat kita sadar betapa beruntungnya kita memiliki rumah ini. Tapi aku juga merasa kita memiliki tanggung jawab untuk membawa perubahan.”
Diskusi ini membuka pintu bagi keduanya untuk merefleksikan pelajaran yang telah mereka pelajari dan bagaimana pengalaman tersebut membentuk karakter mereka. Mereka sepakat bahwa kembali ke rumah bukan hanya sekadar fisik, tetapi juga mental dan emosional.
Namun, penyesuaian kembali tidak semudah yang mereka bayangkan. Rutinitas lama terasa aneh dan terasing. Elias merasakan kesulitan saat bertemu dengan teman-teman yang tidak mengalami perubahan yang sama. Mereka masih terjebak dalam kebiasaan lama, sedangkan Elias merasa telah beranjak jauh.
“Aku merasa seperti kita berada di dua dunia yang berbeda,” kata Elias kepada Mischa.