Bayang di Balik Luka

Arief Rahmanto
Chapter #29

Pertemuan Tak Terduga

Setelah berhasil menjalankan proyek sosial di kampung halaman, kehidupan Elias dan Mischa mulai menemukan ritmenya. Mereka menjalani rutinitas baru yang diisi dengan harapan dan tantangan. Setiap pagi, mereka bangun lebih awal untuk berlatih berkomunikasi dengan generasi muda, berbagi pengetahuan dan pengalaman yang mereka dapatkan dari proyek mereka di luar negeri.

“Elias, kita harus memastikan anak-anak ini memahami pentingnya pendidikan,” kata Mischa suatu pagi, tersenyum saat melihat anak-anak yang antusias di taman.

Kebahagiaan kecil muncul dalam momen-momen sederhana: saat mereka mengajar di lapangan, mendengar tawa anak-anak, dan melihat semangat generasi muda untuk belajar. Namun, tantangan juga hadir. Ada hari-hari ketika mereka merasa lelah dan kehilangan motivasi, terutama ketika hasil kerja keras mereka tidak secepat yang diharapkan.

Suatu hari, komunitas mereka mengadakan festival tahunan, sebuah acara besar yang menjadi kesempatan sempurna bagi Elias dan Mischa untuk memperkenalkan proyek mereka. Suasana di sekitar festival penuh dengan antusiasme dan kebahagiaan. Stand-stand dipenuhi dengan berbagai makanan lokal, permainan, dan pertunjukan seni.

“Ini adalah kesempatan kita untuk menunjukkan kepada mereka apa yang telah kita lakukan!” seru Elias, bersemangat.

“Ya, dan kita bisa mengajak lebih banyak orang untuk bergabung dalam proyek kita!” Mischa menambahkan, sambil membantu mengatur stand mereka.

Persiapan untuk acara itu berlangsung dengan riang, dan semua orang di komunitas tampak antusias menyambut hari spesial tersebut.

Di tengah keramaian festival, saat mereka sedang menjelaskan proyek mereka kepada pengunjung, seorang sosok yang tidak asing mendekati mereka. Jantung Elias berdebar saat mengenali wajah itu. “Kenny?” serunya, tidak percaya.

Kenny, teman lama yang dulu merupakan rival mereka di sekolah, kini berdiri di depan mereka dengan senyuman lebar. “Wow, kalian sudah tumbuh banyak! Aku tidak percaya ini kalian,” kata Kenny, tangannya terulur untuk bersalaman.

Reaksi Elias dan Mischa penuh kejutan dan ketegangan. Kenangan akan persaingan mereka di masa lalu dan ketidakpastian mengenai bagaimana menyikapi pertemuan ini menciptakan suasana yang canggung.

Ketiga mereka kemudian melanjutkan obrolan sambil duduk di salah satu sudut festival yang lebih tenang. Kenny berbagi kisah hidupnya setelah lulus sekolah. Dia bercerita tentang perjalanan kariernya yang penuh liku, dari kegagalan hingga keberhasilan.

“Dulu, aku mengira aku bisa mengalahkan kalian dalam segala hal,” ungkap Kenny dengan nada jujur. “Tapi sekarang, aku menyadari bahwa hidup tidak hanya tentang kompetisi. Ada begitu banyak pelajaran yang aku ambil.”

Lihat selengkapnya