Bayang di Balik Luka

Arief Rahmanto
Chapter #44

Membangun Jembatan ke Masa Depan

Kampus senantiasa dipenuhi warna-warni kehidupan, namun hari itu, bagi Elias dan Mischa, suasana terasa sedikit berbeda. Sinar matahari yang menyinari pepohonan membangkitkan kenangan manis dari masa lalu. Mereka berdua berjalan beriringan, mengingat tempat-tempat yang telah menjadi saksi perjalanan panjang mereka. Di setiap sudut, ada jejak langkah yang tertinggal, memanggil mereka untuk merenungkan semua yang telah terjadi.

“Sepertinya baru kemarin kita berkumpul di sini,” kata Elias, menatap bangunan sekolah yang kini tampak lebih megah. Mischa tersenyum, matanya berkilau mengingat kembali saat-saat penuh tawa dan kesedihan yang membentuk karakter mereka. Kenangan indah ini adalah bagian penting dari siapa mereka sekarang.

Mereka mengunjungi taman tempat mereka biasa bermain, di mana tawa riang dan pelukan persahabatan menemani setiap detik kebersamaan. Di bangku yang sama, mereka berbagi impian dan harapan. Saat mereka duduk di sana, Mischa menghela napas dalam-dalam.

“Aku ingat saat kita berjanji untuk tidak pernah menyerah, tak peduli seberapa sulitnya kehidupan,” ucap Mischa. Elias mengangguk, merasakan beban emosional yang sama. Mereka saling memandang, menyadari bahwa semua pengalaman, baik suka maupun duka, telah mengajarkan mereka banyak hal.

Dengan tekad yang sama, mereka mulai membahas beban emosional yang selama ini mereka pikul. Sambil berjalan, mereka saling berbagi tentang rasa sakit, penyesalan, dan harapan yang tak terwujud. “Ada banyak hal yang seharusnya bisa kita lakukan lebih baik,” ujar Elias, suaranya pelan. Mischa mengangguk, merasakan kesedihan dalam kata-kata itu.

“Namun kita tidak bisa terus menerus terjebak di masa lalu,” balas Mischa, berusaha meyakinkan dirinya sendiri dan Elias. “Saatnya untuk melepaskan beban itu dan melangkah maju.”

Kembali ke kampus, ide mulai mengalir di antara mereka. “Bagaimana jika kita membantu orang lain dengan pengalaman kita?” tanya Mischa, matanya berbinar. Mereka mulai merencanakan proyek untuk menyelenggarakan seminar dan workshop bagi siswa baru.

“Pengalaman kita bisa menjadi jembatan bagi mereka yang masih berjuang,” jawab Elias, semangatnya terbangun kembali. Mereka menggali lebih dalam, membahas tema yang relevan dan cara menyampaikan pesan dengan cara yang menginspirasi.

Lihat selengkapnya