Bayang di Balik Luka

Arief Rahmanto
Chapter #46

Menyusuri Jejak Masa Lalu

Sinar matahari menyinari jalan setapak yang familiar saat Elias dan Mischa kembali ke kota asal mereka setelah berbulan-bulan meninggalkan kehidupan kampus. Aroma tanah basah menyentuh hidung mereka, mengingatkan mereka pada hari-hari ketika mereka bermain di halaman sekolah. Perasaan nostalgia membanjiri mereka saat melihat gedung-gedung tua yang masih berdiri kokoh, tempat di mana mereka menghabiskan tahun-tahun penuh pelajaran, tawa, dan tangisan.

Dengan setiap langkah, kenangan-kenangan itu meluncur kembali, dari bermain di taman hingga bertemu dengan teman-teman di sudut jalan. "Kita sudah jauh berkembang, ya?" Mischa berkomentar, senyumnya menghangatkan suasana. Elias mengangguk, mengingat semua tantangan yang mereka hadapi dan bagaimana mereka akhirnya sampai di titik ini.

Malam itu, mereka bertemu dengan teman-teman lama di kafe yang selalu mereka kunjungi. Suasana penuh keceriaan saat tawa dan cerita lama mulai mengalir. Kevin, yang selalu menjadi pemimpin kelompok, memulai percakapan dengan mengingat kembali semua kenangan indah. “Ingat waktu kita ikut lomba sains dan hampir kalah? Tapi kita tetap bersenang-senang!”

Percakapan itu berlanjut, dengan masing-masing dari mereka berbagi bagaimana kehidupan telah membawa mereka ke jalan yang berbeda. Elias dan Mischa saling bertukar pandang, merasakan kedalaman ikatan mereka yang tak lekang oleh waktu. Mereka semua telah berkembang, tetapi yang terpenting, mereka tetap bersama.

Keesokan harinya, Elias dan Mischa memutuskan untuk menjelajahi tempat-tempat yang memiliki makna khusus bagi mereka. Mereka berjalan menyusuri jalan setapak di taman, di mana mereka sering menghabiskan waktu di masa lalu. Momen-momen reflektif mengalir, mereka mengenang saat-saat sulit dan kebahagiaan yang telah mereka lalui. "Ini adalah tempat di mana kita pertama kali merencanakan proyek musik kita," Elias mengingat kembali, suaranya penuh rasa syukur.

Mereka melanjutkan perjalanan ke sekolah lama mereka. Melihat bangunan yang sama, kini dikelilingi oleh pohon-pohon yang lebih besar, membuat mereka merenungkan perjalanan hidup yang telah membawa mereka hingga ke sini. "Kita seharusnya melakukan sesuatu untuk membantu generasi mendatang," Mischa berpendapat. "Kita memiliki pengalaman yang bisa kita bagi."

Lihat selengkapnya