Kedua tangan Elias dan Mischa bergetar saat mereka membuka email yang baru saja diterima. Di layar, pesan dari perusahaan yang mereka impikan muncul, mengonfirmasi bahwa mereka diterima sebagai magang di sebuah agensi kreatif terkenal. Suara jantung mereka berdebar kencang, campuran antara kegembiraan dan ketidakpastian menyelimuti suasana. “Kita benar-benar melakukannya, Mischa!” teriak Elias, wajahnya bersinar penuh antusiasme. “Ini adalah kesempatan yang kita tunggu-tunggu.”
Mischa menari-nari kecil, wajahnya tidak dapat menyembunyikan senyum lebar yang menghiasi bibirnya. Namun, di balik semua kebahagiaan ini, ada secercah kecemasan. Bagaimana mereka akan beradaptasi dengan dunia kerja yang penuh tantangan ini? Apa yang harus mereka lakukan untuk memastikan bahwa mereka bisa sukses? Pertanyaan-pertanyaan ini melintas dalam benak mereka, menambah lapisan kompleksitas pada perasaan bahagia itu.
Hari-hari setelah menerima tawaran itu dipenuhi dengan persiapan. Elias dan Mischa sepakat untuk melakukan riset mendalam tentang perusahaan dan posisi yang akan mereka jalani. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam menjelajahi website perusahaan, membaca artikel terbaru tentang tren industri, dan mempersiapkan diri dengan pengetahuan yang relevan.
“Pentig untuk memahami nilai-nilai perusahaan dan budaya kerjanya,” kata Mischa, mencatat beberapa poin penting dalam buku catatannya. “Kita juga perlu menyesuaikan diri dengan cara kerja mereka.” Elias mengangguk setuju, merasa bahwa pemahaman ini akan sangat membantu mereka ketika mulai bekerja.
Mereka juga merencanakan strategi untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan, seperti mengikuti kursus online dan bergabung dengan grup diskusi profesional di media sosial. “Kita tidak boleh berhenti belajar,” kata Elias, semangatnya menular ke Mischa.
Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu tiba. Dengan pakaian rapi dan penuh percaya diri, Elias dan Mischa melangkah memasuki gedung perusahaan. Atmosfer di dalamnya terasa hidup, dengan suara ketukan keyboard dan obrolan santai di antara para karyawan. Namun, perasaan canggung menyergap mereka.
“Jangan lupa, kita sudah mempersiapkan ini,” bisik Mischa kepada Elias saat mereka menunggu di lobi. Momen pertama mereka bertemu dengan atasan langsung, seorang wanita berwibawa bernama Ibu Jessica, terasa menegangkan. “Selamat datang, saya senang kalian bisa bergabung di sini,” katanya, senyum hangat menghiasi wajahnya. Namun, di dalam hati, Elias dan Mischa merasa seperti ikan kecil di lautan yang penuh dengan hiu.
Hari pertama mereka dipenuhi dengan orientasi, perkenalan dengan rekan-rekan baru, dan pengenalan terhadap proyek yang akan mereka kerjakan. Ada momen-momen canggung saat mereka mencoba beradaptasi dengan budaya organisasi yang baru. Ketika ditanya oleh rekan kerja tentang pengalaman mereka sebelumnya, Elias merasakan keraguan menyelinap. “Apakah mereka akan menganggap kita belum siap?” pikirnya.