Bayang di Balik Roda

Aqiel Hilmy Irawan
Chapter #4

Langkah di Ujung Badai

Malam itu angin bertiup kencang, membawa aroma hujan yang menggantung di udara. Langit gelap tanpa bintang, seolah menjadi saksi bisu atas permainan yang baru dimulai. Nathan berdiri di atap sebuah gedung tua yang menghadap langsung ke wilayah Serigala Hitam. Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat cahaya neon redup dari markas mereka, gudang yang kini menjadi sarang penuh jebakan.


"Ketua, semua sudah siap," suara Roni terdengar dari belakang. Ia membawa radio kecil dan sebuah peta yang sudah penuh tanda. "Anak-anak udah di posisi. Tinggal tunggu aba-aba dari lo."


Nathan mengangguk perlahan. Matanya tidak pernah lepas dari markas Serigala Hitam di kejauhan. Ia tahu, langkah ini penuh risiko. Tapi untuk melindungi Sarah, teman-temannya, dan wilayah mereka, ia tidak punya pilihan lain.


"Ada laporan terbaru dari informan kita?" tanya Nathan, masih memandangi kejauhan.


Roni mengangguk. "Ya. Mereka kelihatan gelisah sejak pesan kita sampai. Beberapa anggota mereka bahkan pindah ke lokasi lain buat sembunyi. Tapi yang menarik, si rambut panjang itu masih ada di gudang. Katanya, dia lagi nyiapin sesuatu."


Nathan mengernyit. "Sesuatu seperti apa?"


Roni mengangkat bahu. "Belum jelas, tapi mereka kayaknya bakal coba gerak ke sekolah lo lagi."


Nama Sarah kembali terlintas di kepala Nathan. Ia mengepalkan tinjunya, mencoba menahan gelombang amarah yang mendidih di dadanya. "Kalau begitu, kita selesaikan sebelum mereka sempat bergerak."


Nathan mengambil radio dari tangan Roni. Dengan suara rendah namun tegas, ia memberi perintah. "Semua unit, bergerak. Target: Serigala Hitam. Ingat, bersihkan tanpa meninggalkan jejak. Kalau ada perlawanan, hentikan dengan cepat."


***


Di dalam gudang, suasana mulai memanas. Pria berambut panjang yang dikenal dengan nama Lobo berdiri di tengah ruangan, mengawasi anak buahnya yang sibuk dengan berbagai persiapan. Di atas meja, ada peta sekolah Nathan yang sudah diberi banyak tanda. Ia mengetuk peta itu dengan jarinya.


"Besok pagi, kita bikin mereka tahu siapa yang berkuasa di kota ini," katanya dengan suara serak. "Kalau si Nathan itu pikir dia bisa ngasih kita peringatan, dia salah besar."


Namun, sebelum Lobo sempat melanjutkan instruksinya, sebuah suara keras memecah keheningan. *BOOM!*


Pintu belakang gudang hancur terbuka. Asap tebal memenuhi ruangan, membuat semua orang panik. Beberapa pria meraih senjata mereka, sementara yang lain berteriak bingung.


Dari balik asap, Nathan muncul dengan langkah tenang, diikuti oleh Roni dan beberapa anggota gengnya. Wajahnya dingin, tatapannya tajam seperti pedang.


Lihat selengkapnya