Bayang Senja

Kingdenie
Chapter #1

Air Mata Biru

Zoya melipat mukena yang baru saja digunakan untuk salat zuhur, lalu memasukannya kembali ke dalam carrier biru yang di simpan di pojok kiri masjid. Matanya masih terlihat sembab. Gurat kesedihan masih terlihat nyata di wajahnya berkombinasi dengan lelah.

Air matanya tiba-tiba deras mengalir tak tertahankan membasahi pipinya. Tangannya meraba sapu tangan di saku kiri kemejanya, lalu digunakan sekadar membendung laju sedihnya yang deras.

Terlintas kejadian tiga hari lalu yang dialaminya dengan Alpha di pertigaan Cimacan, Cianjur. Sebuah kecelakaan yang menghancurkan bagian depan motor matic yang dikendarainya. Motor berwarna biru terang itu bertabrakan dengan Honda Jazz hijau lumut saat turun dari arah Gunung Gede Pangrango.

Tabrakan itu tak kuasa dihindari Alpha, posisinya saat itu sedang menoleh ke arah kiri di mana Zoya ada di belakangnya. Refleks dan waspadanya berkurang, saat sebuah angkot tiba-tiba berhenti di sebelah kiri jalan. Alpha terkejut, dia langsung banting stang ke kanan. Malang yang terjadi, di kanan ada mobil yang sedang melaju kencang. Mobil itu juga sepertinya tidak menyangka ada manuver tiba-tiba dari lawan arahnya yang sedang arah turun.

Beberapa detik selanjutnya, Zoya hanya merasakan tubuhnya terhempas dan terseret beberapa meter di aspal. Jaket denim miliknya koyak di bagian tangan kanannya. Rasa perih di tangannya teralihkan saat dia melihat orang berlarian dan berkerumun di dekat tubuh Alpha yang terkapar di pinggir jalan. Helmnya tergeletak tak jauh di sana. Zoya susah payah bangun, mengesampingkan rasa sakit ditubuhnya, dia berlari ke arah kerumunan sambil memegang tangan kanannya yang mulai terasa pedih.

“Baaang!” Zoya berteriak dengan suara panik.

Zoya tidak memperdulikan darah mulai mengalir keluar lewat sela jaketnya.

Alpha terlihat parah sekali, jaket kulitnya habis sobek di sana-sini. Mungkin sekitar lima meter tubuhnya menyisir aspal dan akhirnya berhenti saat kepalanya terbentur trotoar. Dia terkulai, matanya terpejam rapat. Tidak ada darah yang terlihat keluar dari tubuhnya.

Orang-orang berkerumun membantu, tanpa banyak berpikir mereka dengan cekatan menaikan tubuh lunglai Alpha ke angkot dan di bawa ke rumah sakit. Zoya ikut naik di mobil itu.

“Ya Allah, Bang.”

Zoya berusaha cepat menghapus bayangan kejadian itu, tapi tidak berhasil menahan laju air dari matanya. Kejadian yang terlalu singkat untuk merubah kebahagian menjadi sebuah kesedihan.

Beberapa pasang mata yang melihat Zoya sedang tergugu memandang iba dari sudut masjid. Ada yang berbisik ke teman sebelahnya mengomentari pemandangan yang dilihatnya. Beberapa yang lain justru terlihat tak peduli dengan isaknya. Pemandangan seperti itu sudah biasa di lingkungan masjid di komplek rumah sakit ini.

Setelah ditangani di rumah sakit terdekat setelah terjadi kecelakaan, Alpha dirujuk ke RSUP Fatmawati, Jakarta, berdasarkan atas pertimbangan peralatan medis di sana lebih lengkap. Menurut dokter yang menanganinya di rumah sakit tersebut, Alpha perlu scanning MRI untuk memastikan efek benturan pada tengkorak belakangnya.

Alpha siuman setelah tiga hari tidak sadarkan diri, Zoya bahagia sekali, rasa cemasnya mendadak sirna. Tetapi cemasnya hanya berganti nama menjadi kesedihan yang lain dalam hitungan detik. Lukanya tambah menganga dan seperti tersiram air garam, perih. Kekasihnya tidak mengingat siapa status Zoya di hidupnya, dia hanya menyebutkan sebuah nama asing yang tak dikenal Zoya.

Ponsel bergetar di saku jaketnya, Zoya segera meraihnya. Ternyata milik Alpha yang bergetar bukan miliknya, dia baru teringat ponselnya sehari setelah kejadian itu mati, belum di-charge. Sebuah video call masuk, tertulis nama Cacing di sana, dia adalah sahabat baik Alpha.

“Halo, Al!” Wajah Cacing tersenyum di layar itu, dia mengernyitkan dahi saat menyadari yang menerima bukan Alpha, “hey, Zoy, gue kira si Alpha yang angkat. Mana Babang lo?”

Pertanyaan Cacing itu kembali memicu air yang bercucuran dari air mata Zoya, Cacing terlihat bingung saat melihat pemandangan itu di layar ponselnya.

Hey, what’s up?” suara di ponsel tiba-tiba berubah menjadi suara perempuan, seiring dengan bergantinya wajah Cacing menjadi Candies. Pertanyaan tersebut malah membuat Zoya semakin tidak bisa membendung air matanya yang kian menjadi.

“Zoy, ada apa? Something wrong?” Candies bertanya lagi dengan nada hati-hati.

“Babang, Dies.”

“Mengapa Bang Alpha? Ada apa dengan kalian?”

“Babang di rumah sakit, kecelakaan.”

“Ya Allah, kecelakaan dimana? Kok bisa, Zoy?”

"Tabrakan dengan mobil di Cimacan, Dies, waktu turun dari Gunung Gede"

Lihat selengkapnya