Pagi hari pun tiba, Sang surya mulai menampakan sinarnya yang hangat nan lembut, seraya mengusir dinginnya udara yang dihadirkan oleh embun, yang merubah wujud menjadi butir-butir air yang membasahi tanah dan rerumputan.
Ardi menggercap-nggercapkan mata seraya mengusir kantuk yang masih bergelayut di pelupuk mata, tentunya dengan rasa malas untuk bangun sebab ia baru bisa tidur kembali dipukul 4 subuh setelah mampu berbaikan dengan trauma yang menyela hadir dalam bentuk mimpi buruk tadi malam.
"Kling.. Klung" Pertanda ada pesan masuk di handphonenya.
Ardi melirik sekilas, sebelum mengambil handphone yang terbaring di samping bantal, dan tertera nama "Roni" di layar tersebut. Sebelumnya, ia mengira bahwa yang mengirim pesan tersebut adalah Ayahnya.
"Woy, bangun Ardi. Kamu sekolahkan hari ini?" Bunyi pesan dari sahabatnya itu.
Chat sederhana dari seorang sahabat itu setidaknya mampu menerbitkan seutas senyum dari bibir Ardi. Sebelumnya ia sudah berniat untuk membolos, tetapi setelah mendapati pesan dari Roni, ia pun mengurungkan niat tersebut.