Bayangan dalam Diri

Muhammad Agra Pratama Putra
Chapter #4

Bab 4 - Semua Terlalu Kebetulan

POV: Tama

Hujan sudah reda sejak pagi, tapi udara Jakarta masih menyisakan sisa dingin yang menusuk sendi. Tama melangkah cepat di sepanjang trotoar menuju markas polisi sektor lama, tempat di mana segalanya pernah dimulai dan tak pernah benar-benar selesai.

Ia berhenti di depan gedung tua itu. Plakat logam bertuliskan “POLSEK GUNUNG PELITA” sudah berkarat, dan sebagian hurufnya memudar. Tak ada yang berubah sejak terakhir kali ia ke sini, kecuali satu hal ia tak lagi menjadi bagian dari sistem ini. Ia datang sebagai orang luar… atau lebih tepatnya, sebagai hantu masa lalu.

Langkah Tama menggema di lorong sempit yang bau arsip dan kopi basi masih menyatu. Semua terasa seperti deja vu yang menyesakkan. Seorang polisi muda menatapnya bingung ketika ia memasuki lobi.

“Bisa saya bantu, Pak?”

“Aku cari Kompol Arman. Bilang Tama ingin bicara,” ucapnya tanpa basa-basi.

Petugas itu mengerutkan kening, lalu mengangguk dengan enggan. “Tunggu di sini sebentar.”

Tama mengangguk pelan dan melirik sekeliling. Ada kalender tahun ini tergantung miring di dinding, dan tumpukan koran di meja resepsionis. Halaman depan salah satu koran memuat berita pembunuhan yang sedang ramai dibicarakan kasus baru, tapi dengan luka yang terlalu familiar.

Dan saat itu, rasa di dadanya kembali muncul. Bukan firasat. Tapi kepastian.

Semua ini terlalu mirip. Terlalu tepat. Terlalu kebetulan.


Tak lama kemudian, seorang pria dengan tubuh tambun dan rambut mulai memutih muncul dari balik lorong belakang. Kompol Arman, dengan perut buncit dan mata yang tak pernah ramah, masih tampak seperti dulu berwibawa, sinis, dan dingin.

Lihat selengkapnya