Bayangan dalam Diri

Muhammad Agra Pratama Putra
Chapter #8

Bab 8 - Petunjuk Palsu

POV: Tama

Hujan kembali turun di Jakarta. Tak deras, tapi cukup untuk mengaburkan pandangan di balik kaca jendela ruang tamu apartemen sempit tempat Tama tinggal sejak pensiun dini. Hujan seperti ini selalu memanggil kembali satu malam itu malam ketika suara teriakan terakhir korban menggetarkan radio mobilnya, 15 tahun lalu.

Tama duduk di lantai, membuka tumpukan berkas yang sudah menguning. Ia membaca ulang salinan dokumen eksekusi terpidana pembunuhan berantai yang mereka yakini sebagai pelaku utama dulu Bagas Sudrajat.

Namun malam ini, sesuatu terasa... tidak pas.

Tama memperbesar salinan dokumen proses eksekusi di layar laptop-nya. Ia membandingkan dengan laporan pengadilan, hasil visum, dan arsip forensik lama.

Nama petugas medis yang mencatat kematian tidak sama di dua dokumen.

Waktu kematian terpaut 28 menit, padahal semua proses seharusnya terekam rapi.

Tidak ada foto jenazah. Hanya tanda tangan digital dan bahkan itu terlihat seperti hasil salin tempel.

Jantung Tama berdegup tak karuan.

“Siapa yang bermain di balik semua ini?”

Tama mengingat ucapan Kompol Arman: “Kasus itu sudah ditutup rapat. Jangan buka luka lama.” Tapi sekarang, luka itu seperti membusuk di balik perban yang tak pernah dibuka.

Lihat selengkapnya