POV: Tama
Hujan mengguyur kaca jendela dengan keras, seperti mengetuk-ngetuk rasa bersalah yang tak kunjung hilang dari hati Tama.
Ia duduk di ruang kecil apartemennya, dikelilingi tumpukan berkas lama dan baru. Dinding-dinding dipenuhi foto korban pembunuhan yang sudah ia pasang dengan paku dan lakban—membentuk pola yang hanya dia yang mengerti.
Wajah-wajah mereka menatapnya kembali. Beberapa tersenyum di foto sekolah, lainnya terlihat pucat di meja autopsi.
Dan satu hal membuat semua terasa salah:
Semua korban adalah anak-anak bermasalah.
Korban pertama, Dito—mantan pecandu remaja. Kedua, Adinda—pernah mengalami kekerasan rumah tangga. Ketiga, Rio—anak yatim yang hidup berpindah-pindah panti.
Dan sekarang Saras.
Tama menyipitkan mata. Ia baru saja mendapat hasil salinan rekam medis dari akses tak resmi. Semuanya, termasuk Panca Ayuningtyas, memiliki satu kesamaan:
Mereka pernah dirawat di satu tempat rehabilitasi: