POV: Panca
“Panca…”
Suara itu kembali. Tidak keras, tidak mengancam. Tapi... akrab.
Seperti suara dari cermin.
Dia terbangun dengan jantung berdetak liar. Keringat dingin membasahi leher dan punggung, dan untuk sesaat, ia merasa tidak berada di tubuhnya sendiri. Kamar apartemen kecilnya terasa asing—seakan setiap benda di sana sedang mengamatinya kembali.
“Itu hanya mimpi,” bisiknya. Tapi dia tahu… bukan.
1. Ruang Terpantul
Dia duduk di depan cermin. Menatap mata sendiri.
Tapi refleksi itu… tersenyum lebih dulu.
“Kita pernah bertemu, bukan?”
Suara itu bergema di dalam kepalanya. Lembut, tapi menusuk.
“Siapa kau?”
“Aku adalah kamu. Yang mereka kunci. Yang mereka hapus.”