Bayangan dalam Diri

Muhammad Agra Pratama Putra
Chapter #18

Bab 18 - Bayangan Itu Nyata

POV: Tama

1. Jalan Menuju Abu

Langit Samarinda mendung sore itu. Awan menekan rendah, seolah menyembunyikan sesuatu yang lebih gelap dari hujan. Mobil tua Tama berhenti di depan reruntuhan bangunan tua, setengah terbakar, tertutup ilalang. Di peta lama, tempat ini pernah tercatat sebagai Panti Rehabilitasi Anak Cahaya Jiwa.

Kini tak ada cahaya—hanya bayangan.

Langkah Tama berat. Debu menempel di sepatu. Dinding-dinding penuh lumut. Tapi ia tahu… tempat ini bukan sembarang bangunan tua. Ini adalah tempat semua bayangan bermula.

"Cahaya Jiwa... nama yang ironis," gumamnya.

2. Jejak yang Tidak Hilang

Di lorong bekas bangsal, Tama menemukan sisa-sisa tak lazim:

– Cermin dua arah yang dipasang di ruang terapi.

– Simbol misterius di dinding—lingkaran berisi mata tertutup.

– Di bawahnya, tulisan pudar: "Ketakutan adalah pintu. Rasa sakit adalah kunci."

Ia mengaktifkan senter. Debu berputar di udara seperti roh gentayangan.

Lalu suara langkah kaki. Pelan. Teratur.

Tama refleks mengangkat senter—dan melihat seorang pria tua, duduk di kursi roda, di sudut ruangan yang remuk. Rambutnya putih, wajahnya penuh gurat waktu. Tapi matanya tajam seperti pisau.

Lihat selengkapnya