POV Bergantian: Panca & Tama
1. [POV: Panca] — Suara Itu Masih Hidup
Kamar apartemen Panca dipenuhi kertas berserakan, foto-foto lama, dan catatan hipnosis dari Ilham yang telah ia temukan. Di depan meja, tape recorder tua berputar dengan suara serak:
“Jika kau mendengar ini, maka bayangan dalam dirimu telah mekar. Tapi ini bukan akhir. Hanya pintu. Karena selalu ada yang harus menggantikan... yang patah.”
Tangannya gemetar.
“Apa maksudnya... menggantikan?” bisiknya.
Kilasan masa kecil kembali—panti, teriakan, ruang putih dengan lampu menyilaukan, dan sosok pria yang berkata, “Tak semua kepribadian harus cocok. Kadang... cukup patuh.”
Panca menoleh ke cermin. Wajahnya sendiri menatap dengan tatapan asing.
"Kau tidak sendiri di sini," bisik bayangan dalam dirinya.
2. [POV: Tama] — Teka-Teki Terakhir
Di meja kerja penuh berkas, Tama menatap dinding yang kini penuh benang merah. Foto Panca. Foto korban. Dan kini, satu wajah lain yang mulai masuk ke pola:
Raka. Anak magang yang tampak polos, terlalu bersemangat. Terlalu ingin tahu. Terlalu... cocok.