Bayangan Jogoalam

Rachma Aulia Utami
Chapter #2

Part 1: Kebencian

Weekend yang penuh dengan kegembiraan, mungkin itu definisi bagi kaum rebahan. Setelah kejadian di kampus, Daru memilih untuk berada di rumah. Bahkan Nayaka yang mengenal Daru secara dekat, kini ia tidak tahu perubahan mood adiknya tersebut. Ia mengira mungkin Daru hanya kesal dan lelah. Hari-hari lelaki itu penuh dengan kegelapan, semenjak suara misterius tersebut terus mengganggunya. Dirinya masih saja mengelak bahwa suara itu mungkin saja hanya hadir jika ia stres. Daru menampik kejadian tersebut lantaran suara misterius tersebut belum terlalu mengganggunya, namun sekarang justru suara itu hampir merenggut kesadarannya, mengambil jiwa alami pemilik tubuh, seakan memang ingin memenjarakan jiwanya di bagian terdalam dari tubuhnya. 

Daru tidak merasa aneh, ia tetap berpikir positif, bahwa dirinya baik-baik saja. Bukankah menebar senyum bisa membuat semua orang merasa lega dan tidak khawatir terhadap sikap kita, itulah yang sedang dilakukan Daru selama ini. Ia tidak ingin semua orang kasihan dengan dirinya yang sekarang. Ia mulai menyadari dengan keadaan sekitar, berkat suara dalam kepalanya. 'Mereka' selalu membuat Daru yakin bahwa dunia luar memang tidak sebagus dan senyaman yang ia pikir sendiri. Semakin lama dirinya terperangkap oleh halusinasinya sendiri.

Ting ...

Daru meraih ponsel yang berada di nakas, lalu mengecek notifikasi yang berada di paling atas. Ternyata dari grup teman dekatnya.

Diki: weekend ngapain aja nih?

Varan: bantuin mama lah, jadwalku itu kalau hari minggu gini, jadi babu

Diki: kasian amat, wkwk. daru mana nih?

Varan: anjir lah dik, nah si dewandaru mana nih?

Daru: apa?

Diki: ya aelah, gitu doang? tanya kabar gitu kek.

Varan: diem-diem wae

Diki: gimana kabarmu ru? udah baikan?

Daru: trus aku hrus gmna?

Aku nggak sakit dik, asal km tahu

Varan: yakan biasanya dirimu paling rame sendiri, liat diem gini aku ngrasa aneh, nggak kek biasanya aja

Diki: nah iya, aku juga ngerasa gitu. oke deh kalo baik-baik aja

Diki: eh, ke rumah daru yu. boleh yaaa

Varan: good idea, mau melarikan diri dari tugas babu gue

Daru: iya boleh

Diki: sip, otw bro

Varan: dih sok-sok an otw, baru juga mau mandi

Diki: tau aja wkwk

read

Daru menghempaskan badanya dikasur empuknya, menunggu teman-temannya datang mengunjungi kediamannya. Daru menghembuskan nafasnya lelah, entah lelah karena apa. Intinya Daru lelah, ia tidur terlentang sambil menatap langit-langit kamarnya. Ia tersentak kaget, sambil menyipitkan kedua bola matanya. Mengamati kembali, apakah itu nyata atau hanya halusinasinya saja.

Daru melihat seorang lelaki sedang merayap di langit-langit kamarnya, bentuknya yang aneh, membuat lelaki itu sedikit ngeri bercampur merinding. Bagaimana tidak ngeri, tubuhnya yang berlubang-lubang serta berlendir membuat Daru ingin muntah begitu saja, jangan lupakan matanya yang melotot serta kukunya yang tajam, menggores langit-langit kamarnya. Daru memejamkan matanya sekejap, untuk meredakan gejolak yang ada di dalam perutnya agar tidak keluar dan menjadi muntahan. Dia belum terbiasa dengan segala macam keanehan ini.

"Lemah sekali kau ini Daru!"

Lihat selengkapnya