"Berhalusinasi tidak selamanya menyenangkan."
×××××
Duduk di tribun basket bersama dengan Diki, dan melihat orang-orang saling melempar bola basket. Cuaca hari ini begitu terik, Daru yang hanya diam saja bisa berkeringat. Diki menoleh ke arah temannya tersebut, sambil menyenggol lengannya. Daru menoleh seraya menaikkan alisnya.
"Main basket mau ngga?" tanya Diki.
Daru memandang Varan yang sedang melakukan dribbling ball, matanya beralih menatap gerombolan para perempuan yang sedang bersorak riuh, karena idolanya sedang bermain basket. "Mau, tapi panas males," ujar Daru sambil minum air dingin yang dibawa oleh Diki.
Diki memutar bola matanya kesal. "Aelah, cuma panas doang loh. Biasanya juga main futsal panas-panas gini," keluh Diki.
"Dibilang males," sahut Daru sambil membuka jaket dan menyugar rambutnya yang terasa lembab. Diki mencibir sebal seraya berucap, "males apaan? Biasanya ga malesan gini dah," heran Diki, manik matanya menatap lekat lelaki disampingnya.
Daru menempelkan botol air dingin ke wajahnya, agar terasa sejuk. "Banyak yang liatin, malu,” sahutnya yang sukses membuat temannya melongo dan berakhir tertawa menggelegar.
"Hah? hahahaha serius woy, Ru. Malu diliatin? Sejak kapan jadi pemalu gini heh, anjir ngakak aku coy hahaha," ucap Diki yang terus tertawa sambil memegangi perutnya.
Daru mengangkat alis sebelah kirinya. "Biasa aja dong ngakak banget kamu," tukas Daru santai seraya menyandarkan punggung dan meregangkan ototnya.
"Aneh aja sih, ayo dong maen Ru. Liat noh si Varan aja seru banget maennya, masa lo kalah sih," terang Diki sambil beranjak berdiri dari tribun. "Ayo, ikut kaga?" lanjut Diki.
"Okelah," jawab Daru tegas.
Diki tersenyum girang, seraya berlari menuju lapangan dan menghampiri Varan serta temannya yang lain. Varan yang menyadari kehadiran temannya langsung menghentikan permainan bola basket dan seraya menghampiri Diki yang sedang tertawa lebar.
"Kenapa?" tanya Varan seraya menyugar rambutnya ke belakang.
"Dih, sok cool banget. Mau ikut basket sama si Daru noh," sahut Diki sambil menoleh ke arah Daru yang sedang berjalan kearah mereka.
"Gila panas banget ini, betah banget mainnya," keluh Daru, matanya menyipit menyesuaikan intensitas cahaya matahari yang menyinarinya.
Varan berdecak mendengar komentar Daru. "Halah, biasanya juga betah panas-panas gini. Jangan jadi Daru yang lemah gini dong," cibir Varan seraya terkekeh pelan.
"Lanjut aja dah mainnya, aku sama Daru langsung gabung di team mu ya," ujar Diki sambil berlari mengambil bola basket lalu mendribelnya. Vico dan Aksa yang sudah paham, akhirnya menempatkan dirinya masing-masing di permainan tersebut.
Mereka bermain dengan semangat, walaupun matahari bersinar semakin terik. Akan tetapi tidak meredupkan semangat, bahkan Daru yang tadinya ogah-ogahan, kini ia yang paling bersemangat. Aura positif menguar begitu saja di jiwa mereka, mimik wajah yang ceria membuatnya semakin keren dan sekaligus lucu. Beberapa mahasiswa yang selesai matkul, menyempatkan untuk menonton para anak Ilkom beraksi di lapangan basket. Entah sejak kapan mereka datang, tapi hal itu tidak membuat para pemain basket risi. Justru mereka semakin gencar untuk bermain bola, saling melempar dan berebut bola.
Sorak sorai memenuhi, lapangan outdoor tersebut. Permainan semakin terasa seru, peluh yang menempel di tubuh mereka semakin membuatnya keren. Bukannya semakin sepi, justru semakin ramai, karena memang sudah waktunya pelajaran selesai.
Tapi saat di menit ke lima belas, Daru terjungkal dengan sendirinya. Matanya memerah seperti menahan amarah. Beberapa pemain yang menyadarinya langsung menolongnya, tetapi ditolak oleh Daru.
"Nggak usah deket-deket, anjing," teriak Daru murka. Beberapa orang memilih mundur untuk mengamankan diri mereka masing-masing.