Bayangan Kuntilanak

Risti Windri Pabendan
Chapter #2

Chapter 2 Suara Tengah Malam

Malam pertama di kosan baru akhirnya berlalu. Namun, ketenangan yang seharusnya datang dengan tidur yang nyenyak tak kunjung menghampiri Alya. Begitu gelap menyelimuti kosan, suasana itu terasa semakin menekan, seperti ada sesuatu yang mengintai dari balik bayangan. Alya terbangun di tengah malam, tubuhnya berkeringat, napasnya terengah-engah, seolah-olah sedang melarikan diri dari sesuatu yang tak terlihat.

Sudah lebih dari setengah jam dia terjaga, namun tidur tidak kunjung datang. Malam itu terasa begitu panjang, setiap detiknya terasa seperti bertahun-tahun. Alya menatap langit-langit kamar yang gelap, berusaha untuk menenangkan dirinya. "Mungkin hanya imajinasiku," pikirnya, mencoba menghibur diri. "Mungkin karena aku terlalu cemas di tempat baru ini."

Namun, meskipun dia mencoba menenangkan pikirannya, perasaan tidak nyaman itu terus menghantuinya. Ada sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan di kosan ini. Bahkan udara malam terasa lebih berat dari biasanya, seperti sesuatu yang sudah lama terpendam dan kini bangkit kembali.

Tiba-tiba, suara langkah kaki itu kembali terdengar. Perlahan, seperti ada seseorang yang berjalan di lorong. Suara langkah yang berat dan lambat, seolah-olah menunggu untuk sesuatu, untuk momen yang tepat. Alya terkejut dan langsung duduk tegak di tempat tidur. "Tidak mungkin," pikirnya. "Ini pasti suara penghuni lain."

Namun, meskipun ia berusaha untuk menenangkan diri, suara itu semakin jelas dan semakin dekat. Suara langkah kaki itu berhenti tepat di luar pintu kamarnya, dan Alya bisa merasakan ketegangan yang menyelimuti dirinya.

"Ada siapa?" tanyanya dengan suara gemetar, meskipun dia tahu tak ada jawaban yang akan datang. Langkah-langkah itu berhenti di luar pintu kamar, dan dalam keheningan malam, hanya suara napasnya sendiri yang terdengar.

Alya mencoba mengendalikan dirinya. Perlahan, dia bangkit dari tempat tidur, berusaha untuk bergerak sepelan mungkin agar tidak membuat suara. Dia meraih gagang pintu dan memutar kunci kamar. Ketika pintu terbuka, tidak ada siapa pun di luar. Lorong itu kosong, gelap, dan hanya diterangi oleh lampu kecil yang redup di ujung sana.

Namun, ada sesuatu yang aneh. Ketika Alya melihat lebih dekat, dia bisa merasakan adanya perubahan dalam udara. Rasanya seperti ada yang mengamati, seperti ada kehadiran yang tak terlihat. Ada rasa dingin yang tiba-tiba datang begitu saja, seperti ada yang menatapnya dari kejauhan.

Alya berdiri di depan pintu, bingung dan cemas. Semua kamar di kosan itu sepi, dan suara langkah kaki yang tadi tidak terdengar lagi. Dia menghela napas panjang dan memutuskan untuk menutup pintu dan kembali ke tempat tidur.

Namun, baru saja dia berbalik, dia mendengar sesuatu yang lebih mengerikan. Suara bisikan halus, seperti suara seorang wanita yang berbicara pelan, sangat dekat di telinganya: "Kamu tidak akan bisa keluar."

Alya langsung membeku. Tubuhnya terasa kaku, dan jantungnya seolah terhenti. Suara itu terdengar jelas, seolah-olah datang dari dalam kamar, dari balik dinding. Alya menatap sekeliling ruangan, mencoba mencari sumber suara itu. Namun, semuanya tampak hening, gelap, dan sunyi.

Perasaan takutnya semakin dalam. Suara bisikan itu seperti menggema di dalam pikirannya, membuatnya semakin cemas. “Apa yang terjadi di kosan ini?” pikir Alya, hatinya berdebar keras. “Apa yang sebenarnya ada di sini?”

Dia kembali duduk di tempat tidur, memandangi kamar yang sepi. Pikirannya dipenuhi dengan bayangan-bayangan aneh, tentang sosok yang tak terlihat, tentang bisikan yang datang entah dari mana. Apakah ini hanya halusinasi? Apakah semua yang terjadi ini hanya permainan pikirannya yang lelah?

Namun, ketika Alya berusaha untuk tidur, suara langkah kaki itu kembali terdengar. Kali ini, suaranya lebih keras, lebih nyata, seperti ada seseorang yang sedang berjalan di lorong menuju kamarnya. Alya terbangun lagi, tubuhnya terasa berat dan lesu, tetapi ketegangan yang menghantuinya tidak pernah pergi. Dengan jantung yang berdegup kencang, dia melangkah ke pintu, berusaha untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

Lorong itu tetap gelap dan sepi, hanya suara angin yang terdengar. Namun, ketika Alya melangkah lebih jauh, dia melihat bayangan samar di ujung lorong. Bayangan itu bergerak perlahan, seperti mengikuti gerakannya. Alya terkejut dan mundur dengan cepat, tubuhnya kaku oleh rasa takut yang semakin mencekam.

“Siapa itu?” tanyanya, suaranya hampir tak terdengar. Namun, bayangan itu hanya semakin mendekat, langkahnya semakin jelas terdengar di telinga Alya. Ketika bayangan itu hampir sampai di depan Alya, sosok itu berhenti dan berdiri diam, menatapnya dengan tatapan kosong yang membuat darah Alya membeku.

Perasaan aneh itu semakin kuat. Alya tahu bahwa dia tidak bisa menghindari ini. Sosok itu adalah sesuatu yang lebih dari sekadar halusinasi. Itu adalah kuntilanak, atau setidaknya, sesuatu yang mirip dengannya. Mungkin ini hanya awal dari teror yang lebih besar.

Alya kembali ke kamarnya dengan tubuh yang gemetar, hatinya berdebar-debar lebih cepat dari sebelumnya. Rasa takutnya semakin mendalam, dan meskipun matanya terpejam, pikirannya tidak bisa tenang. Di luar, malam semakin larut, dan suasana kosan yang sunyi terasa semakin menekan. Jendela yang terbuka sedikit menghasilkan suara angin yang berdesir, tetapi seolah-olah angin itu membawa sesuatu yang lebih, sebuah perasaan tak terdefinisi yang semakin menguatkan rasa cemasnya.

Lihat selengkapnya