Kembali bekerja di kubikel.
Tapi bedanya, semua baru. Kantornya, teman-temannya, suasananya, dan tentu saja bosnya. Dan yang bikin makin beda adalah bosku yang merangkap teman masa kecilku.
Takdir itu bekerja dengan cara misterius.
Rindang adalah temanku, sahabatku, belahan jiwaku. Kami terhubung karena orang tua kami bertetangga. Lama-kelamaan hubungan itu semakin erat, rapat serapat serat baju, lengket seperti ditempel lem cap Korea. Meskipun kami sempat terpisah jarak dan waktu, saat itu Mama memutuskan pindah ke Jakarta saat usiaku 15 tahun, Rindang tetap di Bogor, kami rajin berkomunikasi. Sampai akhirnya keluarga Rindang memutuskan menetap di Jakarta karena Bapak dipindahtugaskan oleh kantornya, hubungan kami semakin tak terpisahkan.
Kemudian, Rindang dan Pri menikah. Dia sudah berlayar dengan biduk barunya, kami tak lagi sekantor, dan aku tidak bisa sebebas itu untuk sekedar mengajaknya makan nasi goreng kambing di Kebon Sirih. Ada Pri dan rumah tangganya di antara kami.
Aku pikir, dengan menikahnya Rindang, aku akan kesepian. Sampai muncul seorang pria berkulit belang yang mulai mengisi 'kepergian' Rindang. Tiba-tiba dia muncul dengan aura menakutkan. Habisnya, kemunculannya seperti pria playboy yang memainkan kharismanya dengan sebuah kalimat, "Kamu ingat padaku?" Makanya aku bilang menakutkan. Bukan karena fisiknya yang berbeda, akan tetapi kelakuannya yang impulsif. Dasar Bang Aryo!
Namun, segala hal yang aku pikir menakutkan dari pria itu terpatahkan saat kami berjalan seperti siput di tengah malam buta. Demi Tuhan, di sana aku diberi tahu bahwa dia adalah teman masa kecil yang sempat membuatku galau karena kepergiannya. Dan dia juga merasa kehilanganku saat kepindahannya ke Jakarta. Kami terkoneksi kembali. Bahkan jarak kami sedekat dia bosku dan aku anak buahnya. Oh satu lagi, dia adalah kakak-sepupu-suami-sahabatku. Daun Kelor, ternyata bumi begitu sempit.
Kesepianku kian terkikis dengan kehadiran Bang Aryo yang mempunyai mahakarya Tuhan di kulitnya.
Walaupun demikian, kesepianku yang terobati tidak hanya semata-mata karena si mantan tetangga, Bang Aryo, tetapi juga kehadiran Mama di rumah. Mama secara mengejutkan memutuskan membatalkan semua rencana perjalanan ke pelosok Indonesia atas nama CSR Amarta dan mulai menjalankan kembali tugasnya di Amarta Retail sebagai Direktur Utama. Itu artinya kami akan terus bertemu setiap hari. Setiap hari! Itulah alasan mengapa hidupku tak kesepian lagi.
"Lo suka banget ya sama beruang kutub?"
Mbak Lidya, Cuddle Buddy senior menyapa. Dia baru datang dan langsung menduduki kursinya di sisi kananku.
"Banget, Mbak."
"Lihat tuh, casing HP, gantungan tas, beruang semua." Aku terkekeh. Kesukaan yang tidak ada obatnya sampai sekarang. "Itu beli di mana? Lucu. Pengin beli buat anak gue." Dia menunjuk boneka beruang kutub yang sedang duduk manis bersisian dengan layar komputerku.
"Ini, kan, bagian dari welcome kit, Mbak."
Selain boneka, welcome kit-ku berisikan pena, buku catatan, tumbler, t-shirt Cuddle Your Heart, name tag, dan goodie bag.
"Mana ada? Selama gue kerja di sini, nggak ada tuh, logistik pernah masukin boneka ke dalam welcome kit."
"Oh, ya? Mungkin pas penerimaan Cuddle Buddy angkatan gue ada perubahan, Mbak."
"Ya, mungkin," gumam Mbak Lidia, lebih kepada dirinya sendiri. Keningnya sedikit mengernyit.
Boneka beruang kutub ini tidak akan menjadi masalah di kemudian hari, kan?
"Morning Bella, pasangan manusiaku."
"Morning, Ed," balasku sambil terkikik. Edward tidak pernah melepaskanku dengan istilah 'pasangan manusia' sejak hari pertama aku di sini. Dia menganggap dirinya berasal dari klan vampir tampan itu.
"Hai, Anak Baru. Rajin banget pagi-pagi udah bukain pintu," seloroh Bang Nusa sambil meletakkan dua permen kacang di setiap kubikel. Dia selalu meletakkan sesuatu di atas meja kami. Hari ini permen, kemarin pisang, kemarinnya lagi sebungkus jeli berbentuk burger mini. Aku mulai menyukai Bang Nusa. Maksudnya pemberiannya.
"Hai Bang Nusa. Makasih." Aku mengangkat permen tadi. "Aku, kan, juru kunci Cuddle Your Heart, Bang," balasku asal.
Satu hal yang membuatku betah di sini meski belum genap dua bulan bekerja sebagai Cuddle Buddy adalah teman-teman baruku menghargai aku apa adanya. Tidak ada yang merendahkan bentuk tubuhku dan tidak ada yang menanyakan orientasi seksualku. Dream team banget! Merasa diterima adalah anugerah terbesar buatku setelah pengalaman menyakitkan di Prima Jaya Konstruksi.
Bang Aryo benar. Cuddle Your Heart adalah tempat yang tepat untuk belajar mengubah diri menjadi lebih baik. Suasana kerjanya sangat positif dan aku dikelilingi rekan-rekan yang baik hati.