Bayangan Matahari

Steffi Adelin
Chapter #25

It Doesn't Feel Right

Rasanya, aku seperti remaja puber yang dipergoki orang tua sedang pacaran diam-diam di belakang punggung mereka. Tapi masalahnya adalah, orang tua yang memergokiku tidak menunjukkan tanda-tanda kesal karena anaknya main belakang alias backstreet, melainkan tersenyum lebar sambil menggandeng tangan pacar mudanya.

"Ma, apa yang Mama lakuin di sini?" desisku di sela-sela gigi.

"Mama dan Andre mau makan malam. It's dinner time. Iya, kan, Ndre?"

Kok aku tidak percaya, ya?

"Iya, itu benar, Bella. Kami memang mau makan malam di ... sini."

"Gabung sama kita aja, Tante." Bak pahlawan Bang Aryo berdiri dan menawari kursi kosong tanpa persetujuanku. Padahal wajahnya yang belang hampir membiru gara-gara sapaan Mama yang dibumbui sedikit tuduh 'kencan' tadi. Apa-apaan Bang Aryo?

"Bolehkah?"

Belum juga direspon, Mama langsung mengambil tempat di sisi kananku. Dokter Andre berjalan menuju kursi di sebelah Bang Aryo. Mau double date, begitu? Cih, double date. Menggelikan.

"Kalian sedang berkencan?"

Pertanyaan itu muncul lagi tanpa filter tanpa ragu dari bibir merah ceri mamaku!

"Din."

"Itu, kan, pertanyaan simple, Andre." Teguran kekasihnya pun tak dihiraukan.

"Ma, Bella hanya temenin Bang Aryo belanja barang keperluannya. Bukan kencan atau apalah itu."

"Benar, apa yang dibilang Adek, Yo?"

Ya Tuhan. Mama tidak perlu mengonfirmasi Bang Aryo. Harga diriku sebagai anak sudah jatuh ke lantai restoran, nih.

"Benar, Tante. Aryo hanya minta bantuan Bella."

Kening mulus Mama malah mengerut. Aneh. Mama aneh malam ini.

"Apa Bella bilang, Ma?"

"Padahal Mama udah senang, loh, akhirnya kamu jalan dengan 'teman pria'. Mama kenal Aryo dan keluarganya. Kalau Mama bilang, ya, Aryo lebih baik daripada direktur keuangan Mama, Bagus."

"Kita enggak akan membahas topik itu di sini, demi Tuhan."

Sudut mataku menangkap Bang Aryo melipat senyumnya. Tuhan, mengapa Mama berubah menjadi Tante Tati?

"Berarti di rumah, ya, Dek?"

"Astaga Mama ...."

Rengekanku membuat dua pria di seberang kami tertawa, sekalian menertawai perdebatan tidak penting ini. Aku membasuh mulut dengan teh poci sambil setengah cemberut.

Gaya Mama bertopang dagu memperhatikan aku minum bikin aku bergidik. Sebaiknya aku melakukan sesuatu sebelum Dirut Amarta Retail ini bicara hal yang tidak penting.

Lihat selengkapnya