Bayar Utangnya!

Aditya R
Chapter #1

1. Ada Gajah Duduk Di Kepalanya

Sepuluh hari sejak insiden kebakaran yang menghanguskan gudang dan stok barang MayBee milik Maya, belum ada tanda-tanda senyum akan terbit di bibirnya. Maya kehilangan fungsinya sebagai manusia. Sebagian waktunya dia persembahkan untuk kasur saja. Maya cuma akan bergerak kalau perutnya minta diisi, atau isi perutnya minta keluar.

"May, lo mau sampai kapan sih cosplay jadi babi gini?" Hana yang awalnya mencoba memaklumi akhirnya naik darah.

Hana bukan cuma rekan kerja, dia juga seorang sahabat untuk Maya. Tanpa diminta, Hana merelakan dirinya tinggal di rumah Maya untuk sementara. Hana yang memastikan Maya tetap makan. Bahkan, dia juga yang mengerjakan pekerjaan rumah. Hana terpaksa memberhentikan asisten rumah tangga demi menghemat biaya.

Maya masih menutupi tubuhnya dengan selimut, dia cuma memunculkan kepala untuk menatap Hana. "Gue nggak bisa gaji lo lagi, Han. Jadi, lo udah nggak punya kewajiban apa-apa lagi."

"May gila lo ya?" Hana menghampiri Maya dan duduk di pinggir kasur. "Gue ada di sini sebagai teman, bukan karyawan."

Maya nggak bereaksi banyak. Ini yang dikhawatirkan Hana. Sahabatnya itu bahkan sudah nggak punya daya untuk menangis. Maya kembali menutupi dirinya dengan selimut.

"May, bangunlah...." Hana berusaha mengambil selimut yang menutupi Maya. "Kita masih harus ngelanjutin hidup, loh!"

"Kepala gue kayak didudukin gajah, Han." Maya nggak melawan, tapi dia juga nggak bergerak. Dia cuma telentang pasrah menatap langit-langit. "Lo yang harus ngelanjutin hidup, Han. Lo tulang punggung keluarga. Gue nggak apa-apa kalau misalnya lo mau ikut tes CPNS."

Sebenarnya, Hana ingin membalas dengan, 'KENAPA JADI TES CPNS ANJIR!' tapi dia nggak tega. Hana cuma menatap Maya lekat-lekat. Perasaannya nggak keruan, dia nggak pernah melihat Maya sehancur ini. Maya seperti mayat hidup. Dia nggak menangis dan nggak tertawa, tapi masih kepikiran nyuruh Hana ikut tes CPNS.

"Maya..." Hana menangkap wajah Maya supaya mereka bertatapan. "Kita udah temenan dari SMP. Lo ada di samping gue sejak gue masih gendut sampai gue hot abis kayak sekarang."

Bibir Maya bereaksi, dia tersenyum kecil. "Najis banget sih lo njir!" Maya bangkit lalu duduk menghadap Hana.

Hana mengusap pipi Maya, "Nggak mungkin gue tes CPNS waktu lo lagi butuh banget akan kehadiran gue ini."

Maya tertawa kecil, dia langsung bangun dan memeluk Hana. Maya menumpahkan air matanya di sana. Melihat Maya menumpahkan emosinya jauh lebih menenangkan daripada melihat Maya mati rasa. Hana membiarkan Maya sesenggukan di dadanya.

"Sekarang gue pengin lo nata diri lo dulu. Kita harus mulai lagi dan kita pasti bisa kok mulai semuanya dari nol lagi." Hana mengusap-usap kepala Hana, mencoba menenangkan.

"Lo ingat nggak waktu SMP gue jualan jepit rambut keliling sekolah setiap hari dan nggak sedikit orang-orang yang ngetawain gue? Gue butuh lima belas tahun sampai akhirnya usaha itu jadi MayBee. Sekarang, abis nggak bersisa. MayBee yang gue bangun lima belas tahun, jadi abu dalam semalem doang." Dari suaranya saja, Hana cukup tahu kalau pedih itu nyata adanya.

"Kita mulai lagi yuk?" Hana menatap Maya lekat-lekat.

"Modalnya dari mana? Kita udah nggak punya apa-apa." Maya berusaha menahan air mata, tapi dia gagal.

Sore itu, Hana memaksa Maya untuk diskusi. Hana sampai harus menarik Maya untuk bangkit dari kasurnya. Mereka duduk berdua di taman belakang rumah Maya. Biasanya, tempat ini menjadi saksi untuk obrolan-obrolan seru. Ketika mereka menyusun strategi pemasaran, ketika mereka memilih produk yang akan dijual, atau ketika mereka menyusun rencana untuk hura-hura.

"Siap nggak siap, lo harus siap." Hana menegaskan.

Maya duduk di hadapannya, tapi menenggelamkan mukanya ke meja.

"Oke, karena barang stok kita habis total, kita terpaksa libur dulu. Tapi, mau sampai kapan? Pilihannya cuma dua, kita mulai lagi dari nol, atau kita ikut tes CPNS."

Maya mengangkat wajahnya dan tertawa kecil. "Gue mau mulai lagi, tapi sumpah... kepala gue ini berat banget kayak didudukin gajah. Semua rekening gue, kan lo tahu isinya... dan gue nggak yakin bisa lulus tes CPNS."

"Kita masih punya pilihan kok." Hana mengambil iPad. "Pertama, kita agunin rumah ini buat ngambil kredit di Bank. Kayaknya kita bisalah dapat pinjaman 2 Milyar kalau agunannya rumah ini. Lebih dari cukup buat modal kerja. Jadi kita nggak perlu ikut tes CPNS."

"Nggak mau. Gue nggak mau ngutang." Maya menggeleng.

"Pilihan kedua." Hana menarik napas sejenak. "Lo nagih utang ke orang-orang yang minjem duit sama lo. Kalau lo masih nggak mau, lo harus nyari bimbel buat persiapan tes CPNS."

Maya menjitak keningnya sendiri lalu menumpukan kepalanya di meja, dia menggaruk-garuk kepala yang nggak gatal itu. "Han, gue bahkan nggak ingat siapa aja yang minjem duit dan berapa banyak."

Lihat selengkapnya