Bayar Utangnya!

Aditya R
Chapter #2

2. Mencoba Merasa Lagi

Maya mengawali pagi dengan secangkir kopi lalu bengong di taman belakang. Hana tersenyum kecil, dia kangen melihat Maya beraktivitas di pagi hari. Hatinya sedikit lebih lega, minimal Maya sudah bisa diajak untuk berkomunikasi hal-hal yang lebih berat. Hana ikut membuat kopi lalu menghampiri Maya dan duduk di hadapannya.

"Rajin banget sih May, pagi-pagi udah mikirin tes CPNS." Hana bergurau, tawa pertama Maya pecah karena itu.

"Aneh banget nggak sih? Kok bisa ya? Gue terlalu fokus sama satu hal, sampai gue baru sadar kalau ternyata gue melewatkan banyak hal? Bahkan gue sendiri nggak paham kok bisa-bisanya gue minjemin duit sebanyak itu... semudah itu. Gue penasaran apa yang ada di kepala gue waktu itu." Maya membagi beban pikirnya.

"Kalau setiap bulan yang masuk rekening lo angkanya milyaran, emang kadang 100 atau 200 juta nggak kerasa sebanyak itu sih." Jawaban Hana berhasil bikin Maya senyum, dia seperti diingatkan kalau dirinya adalah sosok wanita sukses, inspiratif, dan kece berat. "Yah namanya manusia ya, punya kekurangan dan kelebihan." Hana meniru ucapan Maya yang kemarin, mereka tertawa lagi.

"Tapi ini kelanjutannya gimana? Udah 2 tahun lebih loh." Maya mencoba memanggil ingatan-ingatan kecil tentang Ivan dan utangnya, tapi dia gagal.

"Ya lo nggak pernah nagih juga!" Hana mengingatkan, to the point!

"Si Ivan nggak pernah inisiatif gitu?" Maya mencoba membalikkan posisi, seandainya dia yang punya utang sebanyak itu, pasti hidupnya nggak bakal tenang sebelum dia bisa melunasinya.

"Nggak. Chat terakhir lo sama dia adalah, waktu dia bilang makasih karena lo udah minjemin duit. Setelah itu... dia menghilang, ganti nomor kayaknya." Hana memperjelas keadaan. "Gue lihat di Instagram anaknya lagi lucu-lucunya, tapi resepsi sama bulan madunya ternyata belum lunas."

Maya bengong lagi. Dia berusaha memetakan tindakan Ivan. Pinjam uang dua ratus juga, lalu menghilang tanpa basa-basi. Sejalan dengan itu, dia masih punya kebanggaan untuk membagikan momen-momen lucu nan bahagia di media sosialnya. Sementara di sini, Maya bertanya-tanya sendiri kapan uangnya kembali. Nggak, Maya meralat pertanyaannya, apakah uangnya bisa kembali?

"Duit gue yang dipinjem Ivan bakal balik nggak ya?" Maya membagi beban pikirnya lagi. "Gue nggak paham gimana caranya dia menjalani hidup sementara di hidupnya ada hak orang lain yang belum dia balikin."

Hana mulai gemas. "Maka dari itu, Ibu Maya harus sedikit lebih kejam dari biasanya. TAGIH MAY TAGIH!"

"Sabar, Bu Hana, sabar..." Maya tersenyum jail. "Saya kan dulu kaya raya, saya nggak tahu kalau akan mengalami kehancuran hidup seperti ini, maka bermurah hatilah saya kepada orang-orang yang pinjam uang."

Hana mengulum senyum, 'terima kasih Tuhan dia udah bisa bercanda!' Hatinya mengguman.

"Baik Ibu Maya, tapi sekarang kita itu nyaris kere abis. Mau nggak mau, Ibu Maya harus belajar tega. Lagi pula nagih utang itu nggak apa-apa loh, Bu! Seperti orang berak yang harus cebok, utang harus ditagih." Hana memberi nada-nada bijak untuk mengantar jawabannya.

Lihat selengkapnya