Bayar Utangnya!

Aditya R
Chapter #4

4. Ada yang Aneh Dengan Rasa Ini

Bob datang cukup pagi, tepat ketika Maya dan Hana baru selesai sarapan. Karena yang datang bukan orang asing, Maya menemuinya tanpa mandi atau dandan. Bob memang rutin mampir kalau lagi ada urusan pekerjaan ke Jakarta. Di hari-hari yang biasa, Bob akan menginap di rumah Maya dan mereka bikin party kecil-kecilan.

"Hei, Bob!" Maya menyapa lalu duduk di sebrang Bob. "Maaf ya lagi berantakan, udah nggak ada ART soalnya."

"Yang berantakan itu elonya, May..." Bob bergurau.

"Hahaha sialan lo. Ini buat gue, kan?" Maya menunjuk kresek yang berisi kopi susu dingin. "Ah, lo emang terbaik, Bob."

"Jahat lo May, lo nggak ngabarin gue kalau lo kena musibah. Gue sampai harus lihat di berita sama instagram MayBee." Bob menggerutu

Maya tersenyum getir. "Maaf Bob, nggak tahu kenapa sejak kejadian itu hidup gue jadi kayak ribeeeet banget. Tapi sebenarnya gue nggak ngapa-ngapain juga sih. Hana yang ngurus semuanya hahahaha."

"Iya, Hana udah cerita, kok." Bob mengangguk. "Orangnya ke mana?"

"Lagi mandi dia." Maya membuka bungkusan yang dibawa Bob. "Ini apaan Bob?"

"Tahu cabe garam, titipan Hana." Bob menjelaskan. "Gue ke sini, gue mau mastiin keadaan lo. Gue juga mau ngasih tahu ini. Hana bilang kalian lagi kebingungan buat nagih utang ke orang-orang."

Bob menyodorkan selembar kartu nama, Maya langsung menerimanya. "Ini apaan? Cuma ada nama, Beni, sama nomor telepon. Secara desain aja udah nggak meyakinkan. Gue harus nebak gitu dia ini siapa?"

Bob tertawa kecil, Maya tetaplah Maya. "Gue dapet dari klien gue. Dia orang paling tepat kalau lo lagi butuh bantuan buat nagih utang."

"Maksud lo, dia debt collector?" Maya menatap Bob dengan raut wajah bingungnya.

"Semacam itulah." Bob menegaskan.

"Gila lo! Nggak ah, nggak mau gue main gini-ginian." Maya tetap menolak.

"Ini beda, May. Lo harus coba dulu!" Bob mencoba meyakinkan Maya.

"Apa bedanya? Serem banget Bob gue harus berurusan sama debt collector. Apalagi yang mau gue tagih teman-teman sama keluarga gue sendiri." Maya nggak bisa membayangkan kalau dia harus sampai mengirim dect collector untuk menagih utang.

"Pertama, lo nggak perlu keluar duit kalau dia gagal. Kedua, dia nggak pakai kekerasan. Ketiga, kata klien gue, dia ganteng." Bob merinci, masih mencoba meyakinkan Maya.

"Hahaha... Perlu banget yah lo sebut dia ganteng? Ada hubungannya gitu?" Maya mencoba tahu cabe garam yang dibawa Bob, wow, dia terkejut ternyata tahu bisa seenak itu.

"Intinya, dia nggak kayak debt collector yang ada di dalam pikiran lo. Sangar, kekar, dan kasar... Dia nggak begitu." Bob masih kekeh, ingin melihat Maya dan Hana seceria sebelumnya.

Maya adalah satu dari sedikit orang yang punya pengaruh besar di hidup Bob. Di masa kuliah, Maya pernah mentraktir Bob operasi usus buntu. Waktu itu, bisnis Maya belum sebesar sekarang. Dia bahkan belum punya mobil, tapi cewek itu mau-maunya bayarin Bob operasi usus buntu.

***

Di taman belakang rumah, Maya menatap selembar kartu nama yang diberikan Bob. Dia agak ragu untuk menghubunginya. Hana datang membawa dua gelas es jeruk peras dan segunung kudapan pedas. Untuk kali ini, dia nggak berniat menjaga makanannya. Dia ingin menemani Maya makan sampai bego.

"Coba aja kali May." Celetuk Hana, dia mulai membuka tahu cabe garam yang baru dipanaskan.

"Tapi ini nggak meyakinkan banget Han." Maya melihat-lihat kudapan yang dibawa Hana, dia memilih cireng isi kesukaannya. Hana melarang Maya menyentuh tahu cabe garam setelah cewek itu dengan lancang menghabiskan satu porsi waktu Hana mandi.

Hana memperhatikan kartu nama itu. Ukurannya seperti kartu nama pada umumnya. Warnanya hitam dof, di sana cuma tertulis nama dan nomor kontak yang dicetak dengan warna emas. Nggak ada informasi apa-apa lagi selain itu..

"Sok misterius banget nggak sih? Gimana kalau orang yang dikasih kartu ini lupa orang ini siapa dan kerjanya apa?" Maya malah mereview kartu nama itu.

"Lo itu kebanyakan mikir, udah chat aja dulu." Hana mengambil ponsel Maya yang tergeletak, lalu menyodorkan benda itu ke pemiliknya.

Maya menurut, dia mengambil ponsel lalu menyalin nomornya. Ketika hendak mengetik pesan, Maya terdiam lagi.

"Gue harus ngomong apa?" Tanya Maya, dia belum pernah mengontak debt collector sebelumnya.

Hai... boleh kenal—

Hapus.

Permisi, benar ini dengan Beni yang jago nagih utang itu?

Hapus.

Kak mau order, dong.

Lihat selengkapnya