Bayar Utangnya!

Aditya R
Chapter #11

11. Showtime

Hari ini nggak akan mudah. Maya sudah bangun sejak pukul lima pagi. Beni juga sama. Mereka baru keluar kamar dan duduk bareng untuk sarapan pukul enam pagi. Maya butuh waktu untuk mempersiapkan diri. Dia bahkan luluran sambil mikir. Dia berharap ketakutan yang masih tersisa ikut luruh bersama daki di tubuhnya.

"Oke, May, sekarang gue mau coba kostum gue." Beni yang sudah selesai sarapan dan merokok meminta restu. "Kelihatannya bakal aneh, tapi mudah-mudahan lo bisa tetep fokus nagih utang."

Beni pergi ke kamar untuk bersiap. Nggak sampai sepuluh menit, Beni sudah kembali ke ruang tengah. Maya berusaha keras buat nggak ketawa melihat penampilan Beni pagi itu. Dia memakai atasan hitam, celana hitam, dan ikat Sunda yang melingkar di kepalanya. Satu hal yang bikin Maya kesulitan menahan tawanya adalah kumis palsu yang dipakai Beni.

"Bisa nggak sih, kumisnya jangan terlalu baplang gitu. HAHAHAHA GUE NGGAK KUAT LIHATNYA ANJIR!" Maya menertawakan Beni tanpa sungkan.

"Biar menjiwai, May." Beni sendiri nggak mau melihat kaca sedari tadi.

"Duh gue takut nggak kuat nahan ketawa nanti di sana." Maya berterus terang. "Bisa berantakan rencananya."

"Makanya, ini gue geladi resik dulu pakai kostum ini. Lo puas-puasin dulu ketawa sekarang." Usul Beni.

"Foto dulu sini, gue mau kirim ke Ibu gue." Tanpa menunggu restu, Maya memotret Beni yang seperti ingin protes tapi sudah telanjur. Maya langsung mengirimkan foto itu ke Ibunya.

"Oke, gue ulang rencananya ya." Beni meminta Maya duduk di depannya.

Menurut rencana, mereka akan datang dengan membawa makanan kesukaan si Mamang, siomay dan batagor Bandung. Bumbunya akan dicampur dengan obat pencahar yang bisa bikin berak-berak. Butuh waktu sekitar 10 menit supaya obat itu bereaksi. Supaya lebih meyakinkan, Beni akan memainkan smoke-gel yang sudah dia beli kemarin. Beni perlu timing yang tepat supaya si Mamang percaya kalau dia bisa mengeluarkan asap dari tangannya.

"Oke, gue paham." Maya mengangguk.

"Siapin diri lo, karena yang bakal banyak ngobrol kan elo." Beni mengingatkan sekali lagi.

Maya mengecek ponselnya yang berbunyi, Ibunya membalas.

Udah dukun bangetlah itu mah. Dukun milenial!

Maya tertawa kecil. "Ibu bilang lo cocok jadi dukun, dukun milenial! Hahahaha!"

"Gue ganti baju sebentar, terus kita langsung berangkat ke Garut, oke?" Beni memastikan. Maya mengangguk setuju.

***

Lihat selengkapnya