Bayi Skripsi

Annida Yasti Sari
Chapter #2

Mimpi

"Gantungkanlah mimpi dan cita-citamu di langit paling atas, meskipun jasadmu berada di bumi paling dasar."

Pagi ini cuaca sangat tidak mendukung, awan mulai mendung, dan sebentar lagi hujan pasti turun menyambut.

Ica sudah menggendong tas di pundaknya, tapi ia masih belum bisa berangkat ke sekolah, karena hujan sudah mulai turun dengan lebat.

Hari ini Ica ke sekolah harus jalan kaki, karena si Jalu sedang ngambek, kalau kalian mau tahu, Jalu adalah sebutan untuk motor butut Pak Hadis, Bapak Ica. Namanya juga motor butut yang sudah tua jadi tak jarang si Jalu sering mogok atau mengalami kerusakan yang lainnya.

Sembari menunggu hujan reda Ica duduk di kursi depan rumahnya, sebenarnya saat melihat hujan seperti ini, Ica sangat ingin bermain hujan-hujanan, tapi Ica sadar ia sudah besar, malu sama Ananda, dan juga takut dimarahi Ibunya.

Ica seringkali bingung dengan omongan orang yang bilang hujan itu 10% air dan 90% kenangan, karena menurut Ica hujan itu 10% air, dan 90% nya lagi ya air lah, gak ada yang namanya kenangan-kenangan hahaha, tapi pendapat orang berbeda mungkin disetiap air yang turun dari hujan itu menyimpan banyak kenangan bagi dirinya masing-masing.

Saat Ica masih asyik memandangi hujan yang turun, tiba-tiba Aminah datang menghampiri Ica.

"Sambil nunggu hujan reda, nih Ibu buatin pisang goreng buat kamu, sama susu juga," ucap Aminah sembari menyimpan satu piring pisang goreng dan segelas susu.

"Yaampun Bu pengertian banget sih, lagi hujan gini dikasih makanan sama minuman yang anget-anget, beuh mantap, makasih ya Bu," ucap Ica.

"Iya-iya, Ibunya siapa dulu."

"Uh pastinya dong, yang sering aja ya Bu, hehe."

Setelah beberapa menit akhirnya hujan sudah mulai reda, Ica segera siap-siap berangkat sekolah. Ia pamit pada Bapak, Ibu dan Ananda.

Karena hujan tadi lumayan lebat, jalanan jadi sangat becek, membuat Ica kesusahan berjalan, karena takut rok sekolahnya kotor.

Langkah demi langkah Ica lalui, tiba-tiba sebuah motor berhenti tepat disamping Ica.

"Ca ikut gue yuk, kasian jalan kaki becek-becek gini," ucap seorang pria yang naik motor tersebut.

Ternyata pria itu adalah Adnan, teman sekelas Ica, jalanan becek, waktu sudah siang eh tiba-tiba ada yang nawarin nebeng naik motor, pastinya dengan senang hati Ica menerima tawaran Adnan.

"Ah gak papa nih Nan gue ikut lo?" ucap Ica basa-basi.

Lihat selengkapnya