"Saat usaha dan do'a sudah dilakukan, kita hanya tingal menyerahkan hasilnya pada tuhan."
Waktu silih-berganti tiada henti, tak terasa banyak waktu yang sudah kita lalui. Masih ingat bagaimana rasanya pertama masuk sekolah dasar?, saat rasa malu dan takut mengisi seluruh jiwa, yang diinginkan hanya ditemani Ibu sampai waktu belajar sudah selesai. Lalu masuk SMP, waktu dimana sudah mulai berani, dan timbul rasa percaya diri, cinta monyet mulai muncul, dan kenakalan mulai nampak. Lalu masuk SMA, mulai tumbuh gengsi yang tinggi, ingin selalu dipuji, penampilan didahulukan isi otak tidak dipikirkan, tapi itu hanya kebanyakan pelajar, karena buktinya masih ada pelajar SMA yang baik, yang mulai menjadi dewasa, dan yang dipikirkannya hanya mimpi dan cita-cita.
Seperti Ica contohnya, ia sekarang berada di tahap akhir, kelas 12. Ica mulai sibuk menyiapkan diri mengikuti tes agar mendapat beasiswa untuk kuliah.
Cita-cita Ica adalah menjadi guru. Neneng pernah bertanya pada Ica, kenapa ia begitu ingin menjadi guru, padahal gajinya tak seberapa, dan tidak memastikan bisa membuat hidup menjadi sejahtera. Ica tahu menjadi guru memang tidak bergaji besar, tapi gaji bukan tujuan utama Ica, yang Ica inginkan adalah turut berkontribusi memajukan anak bangsa, dan menjadi guru merupakan profesi yang sangat mulia.
Hari ini adalah waktunya Ica dan teman-temannya melakukan pendaftaran dan sebagainya.
Banyak teman Ica yang tidak mengerti dan meminta bantuan Ica, tanpa pamrih Ica membantu mereka, dari mulai pendaftaran dan sebagainya sampai selesai.
Sifat Ica yang suka membantu membuatnya disukai oleh teman-temannya, Ica selalu membantu teman-temannya dengan senang hati, tanpa mengharapkan apapun, karena bagi Ica membantu adalah merupakan kewajiban bagi dirinya.
Setelah selesai, Ica pergi jajan ke kantin bersama Neneng.
"Ca aku takut gak lolos," ucap Neneng sembari berjalan pelan.