Menjadi idola mungkin sesuatu yang menyenangkan. Mendapatkan pujian, hadiah, terkenal, disukai banyak orang, kaya dan sebagainya. Tapi mungkin juga tidak semuanya menyenangkan. Karena waktu untuk mencintai diri sendiri hampir tidak ada, privasi pun sulit untuk disembunyikan. Belum lagi haters sudah pasti ada. Kesuksesan seorang idola tentu tak lepas dari peran penggemar. Ada penggemar setia, fanatik, obsesi, dan bisa saja sampai mengidolakan idolanya seperti tuhan. Pastinya, penggemar ingin selalu berusaha untuk mengetahui semua tentang idolanya yang selalu membuat mereka bahagia.
Camila Iris, yang biasa dipanggil Mila, gadis yang berparas manis, berkulit kuning langsat orang Indonesia pada umumnya ini memiliki tubuh yang ideal dengan tinggi badan yang masih kurang dua sentimeter untuk standar minimal menjadi pramugari seperti cita-citanya. Gadis yang sedari masa kecil sampai sekarang di usia 27 tahun tak berberubah selalu mengidolakan lelaki yang berkulit putih, mata biru. Baik itu pemain film, penyanyi dan sekarang atlit pembalap motor dunia. Mila selalu membuat buku jurnal pribadi berklipingkan foto-foto idolanya dan menuliskan komentar/pendapatnya tentang apapun di buku itu. Selain itu, dia juga mengoleksi barang-barang 'berbau' idola yang disukainya sampai lemari khusus miliknya hampir memuntahkan semua isi dalamnya. Setiap berganti idola, bergantilah isi lemarinya.
Diusianya sekarang ini sudah pasti keluarga menuntut Mila untuk segera menikah. Mila sangat berkeinginan juga, tapi sampai detik ini dia belum juga punya kekasih mungkin saja karena terlalu obsesi mendapatkan lelaki kulit putih, mata biru seperti idolanya itu. Mila jarang sekali tertarik dengan teman-teman lelaki yang tak jarang mendekatinya baik melalui perjodohan dari keluarga dan teman dihadapkan padanya selalu gagal. Dia ikuti perjodohan hanya untuk menghargai, tapi hatinya tertutup karena yang dijodohkan selalu tidak sesuai dengan keinginannya tapi keinginan mereka. Ini juga salah satu kegagalannya untuk mendapatkan teman dekat, mereka menjauh darinya karena dianggap 'sombong' dan tak tahu diri oleh temannya. Di setiap sosmed (social media) miliknya kebanyakan kenalan teman orang asing/bule, dengan harapan bisa mendapatkan kekasih bule seperti tipenya. Tapi dari dalam hati yang terdalam, keinginannya ialah menjadi kekasih si pembalap idolanya. MUSTAHIL!
Mila bekerja di salah satu perusahaan besar di ibukota yang dipimpin oleh seorang vice president (VC) Direktur muda blesteran Inggris-Indonesia bernama Lyann, 29 tahun, yang super duper tampan berparas wajah bule, berbadan atletis, tinggi, putih, bersih, rapi, wangi, mendekati sempurna sepertinya. Tak heran kalau setiap wanita pasti terpesona melihat dirinya. Lyann juga dikenal dengan sosok pemimpin yang ramah, royal dan tegas di kantor sehingga karyawan pun senang dan kagum padanya. Mengetahui kalau Lyann masih single, hampir setiap karyawan wanita di kantor berlomba-lomba untuk mendapatkan hati lelaki itu tapi tidak dengan Mila yang langsung menyerah begitu saja sebelum berperang karena merasa dirinya tidak mungkin dilirik oleh bos perfect-nya itu. Ditambah lagi karena Lyann termasuk tipe pria yang romantis sehingga membuat dirinya mendapat julukan cowok playboy, adalah paling dibenci Mila
Ruangan kerja pribadi Lyann berada di ujung tengah lantai 3 gedung, sehingga harus melewati setiap deretan meja karyawan yang ada di sepanjang lorong, termasuk meja Mila adalah yang pertama di lewati karena dekat dengan pintu keluar ruangan office. Tak pernah surut semangat setiap karyawan wanita yang suka dengan Lyann berlomba-lomba untuk mencari perhatiannya dengan menyapa, menyebar senyuman, berdandan cantik, berpakaian sexy dan sebagainya tetapi tidak dengan Mila yang terlihat acuh jika lelaki tampan itu lewat di depannya.
Ketika Lyann sedang berjalan menuju ruangannya, “Pagi, pak!” sontak terdengar menekik dari sisi kiri mengagetkannya sehingga membuat langkahnya terhenti seketika. Lyann menoleh ke arah suara itu berasal, terlihat sosok seorang karyawan wanita yang bernama Gina tersenyum berdiri menyambutnya. “Pagi,” balas Lyann tersenyum. Lalu pandangannya pun meluas melihat sekeliling banyak karyawan khususnya wanita yang sedang berdiri untuk bersiap menyambutnya tapi tidak dengan Mila. Lyann melirik sekilas Mila, yang bertepatan duduk di sisi kanan Gina. Dia sedang menopang wajah dengan kedua tangan melihat layar laptop di depannya. Dan anehnya, Lyann baru menyadari kalau karyawan yang selama ini duduk di kursi Mila itu adalah karyawan wanita. Kemudian dia melanjutkan kembali berjalan ke ruangannya sembari membalas sambutan para karyawan dengan senyuman. Di saat pandangan Lyann lurus ke depan, dia melihat sekretarisnya sudah berdiri menyambut kedatangannya juga sebelum memasuki ruangan kerja miliknya pribadi.
“Pagi Pak!” sapa Riska, sekretaris sexy itu.
“Ya, pagi.”sahut Lyann. Tak sampai meraih gagang pintu ruangan, dia berbalik kembali menoleh pada Riska. “Oiya, Ris, wanita yang duduk di meja paling ujung depan itu karyawan baru ya?”tanya Lyann memberi petunjuk ke arah meja Mila melalui gerakan kepala dan mata kepada Riska. Riska menoleh dan menyelidiki arah mata Lyann melihat dari tempatnya berdiri.
“Oh, maksud pak Lyann, Mila?”menjawab dengan nada lembut. Lyann mengangguk walaupun ragu.
“Mila udah termasuk karyawan lama pak di sini, kurang lebih tiga tahun kalau gak salah.”
"Oya? Tapi seingat saya, yang duduk di situ karyawan pria bukan?”tanya Lyann lagi.
“Setahu saya, gak pernah ada karyawan pria yang kerja di posisi Mila selama ini. Mungkin pak Lyann salah lihat.”
Dengan senyum sekedar Lyann berkata,“Oh, oke, thank you!” ucapnya sembari membuka pintu ruangan kerja pribadinya.
Mengetahui kalau ternyata Mila itu adalah karyawan lama, Lyann merasa heran kenapa dia sama sekali tidak kenal dengan wajah karyawan wanita yang satu ini? Padahal setiap keluar masuk ruangan pasti melewati meja kerjanya? Tentu saja Lyann tidak kenal dengan Mila, karena Mila tidak pernah cari perhatian seperti karyawan wanita lainnya yang selalu berdiri ucapkan “Pagi pak” dengan semangat kemudian mendapatkan senyuman dan pujian dari bos tampan itu. Merasa Mila berbeda karena bersikap cuek terhadap dirinya, membuat Lyann tertarik ingin mengenal karyawan wanita yang satu ini.
Kenapa dia gak sambut aku seperti yang lain? Apa dia gak tahu siapa aku?