DRUK DUK DUK DUK
Langkah kaki Afi dan Lala begitu kencang hingga menggema di seluruh kosan. Beberapa penghuni kos sampai penasaran dan melihat keluar lewat jendela dan ada yang sampai membuka pintu. Setelah Afi dan Lala berhenti di dekat pintu gerbang masuk, orang-orang yang mengira ada kejadian seru ini pun kembali menutup pintu. Akhirnya mereka lanjut menghabiskan waktu santai di hari minggu di dalam kamar masing-masing.
Ya, tidak ada sesuatu yang penting bagi penghuni lain. Tapi tidak bagi Afi dan Lala, mereka langsung berlari begitu melihat Cahya sampai di depan kosan setelah diantar oleh pria yang pernah mereka lihat beberapa hari lalu.
“Jadi kita mau cari makan di mana?” Tanya Afi sambil berjalan keluar.
“Apa yah? Warteg di perempatan saja.” Jawab Lala.
Mata Afi dan Lala sibuk memperhatikan pria yang mengenakan helm. Sementara Cahya sibuk memperhatikan dua orang pecinta Korea itu. Cahya tahu kalau mereka pura-pura mau mencari makan dan hanya ingin melihat siapa yang telah mengantarnya ini.
“Loh, kamu yang di CFD kan?!” Seru Afi sambil melototin Kiki yang sedang membuka kaca helmnya.
“Eh, kalian..” Kiki kaget.
“Iya, aku ingat dia yang dikira pacar...” Lanjut Lala. “Eh... kalau memang cuman salah sangka, kenapa kamu nganter Cahya?”
Afi dan Lala menatap muka Kiki dengan penuh kecurigaan.
“Sudah, sudaaah!” Cahya berusaha menjauhkan mereka dari Kiki. “Terima kasih sudah nganterin aku, hati-hati di jalan yah.”
“I.. iya.” Jawab Kiki.
“Tunggu dulu, kamu kenapa bisa bareng Kiki?” Sela Afi.
“Kita habis lari di CFD,” Jawab Kiki. “Kalian kenapa nggak ikutan?”
“Eh, anu... aku lagi capek.” BalasAfi sambil berusaha memalingkan pandangan.
“Aku lagi ada kerjaan.” Lanjut Lala.
“Lah, ini kok sepertinya santai saja di kamar. Pakai kaos dan celana pendek, mukanya juga terlihat segar-segar saja.” Kata Kiki sambil melihat penampilan Afi dan Lala.
“Iiih, apaan sih lihat-lihat.” Afi memalingkan tubuhnya.
“Jangan mesum begitu dong.” Lanjut Lala sambil memalingkan tubuhnya juga.
“Hah? Ma.. maaf, maksudku bukan begitu.” Kiki terlihat panik.
“Dimaafkan, biar nanti aku saja yang ngomong sama mereka,” Sahut Cahya sambil mencoba mendorong motor Kiki. “Kamu sudah bisa pulang, terima kasih sekali lagi yah.”
“O.. oke.. tolong yah.” Balas Kiki sambil menyalakan motornya. Ia pun pergi dan tidak lupa melambaikan tangan perpisahan kepada Cahya yang langsung membalasnya.
Cahya terus melihat Kiki sampai tidak terlihat lagi dan digantikan oleh tatapan ingin tahu dari Afi dan Lala. Senyuman di wajah Cahya seketika itu juga menghilang. Cahya langsung membalikkan badan lalu berjalan ke dalam kosan dan ke kamarnya.
“Jadi ini alasan kamu nanyain mau lari di CFD lagi..” Goda Afi yang berjalan di samping kanan Cahya.
“Ternyata kamu sudah dekat sama yang kemarin itu..” Goda Lala yang berjalan di samping kiri Cahya.
“Sudah dianterin ke tukang pijit terus dianter pulang.”
“Lari bareng di CFD terus dianter pulang.”
“Tadinya disangka pacar....”
“Ternyata beneran pacar...”
“Apaan sih?!” Teriak Cahya. “Aku nggak sengaja ketemu dia di kampus terus kita kenalan. Karena dia ngelihat kakiku sakit makanya dibawa ke tukang pijit dan dianter pulang. Lari bareng juga karena dia pacernya, nggak gimana-gimana.”
“Dari nggak gimana-gimana terus nanti jadi gimana-gimana.” Balas Afi.
“Dari lari bareng jadi jalan bareng terus apa-apa barengan.” Lanjut Lala.
BRAK!
Cahya langsung menutup pintu kamarnya dan dikunci dari dalam supaya tidak diganggu lagi oleh Afi dan Lala.
“Loh, Cahya!” Teriak Afi sambil menggedor pintu.