Rambut Cahya masih berantakan karena baru bangun dari tempat tidur. Garis-garis hitam melingkari mata Cahya karena kurang tidur. Mulut Cahya menguap lebar karena mengantuk.
Rasa lelah karena menggambar empat gambar dengan beberapa revisi membuat fisiknya lemah, tapi Cahya terlihat bahagia secara rohani. Bukan karena Cahya berhasil menemukan cara untuk mendapatkan uang, tapi karena ia baru saja mendapatkan pesan dari Kiki.
Pesan dalam aplikasi messaging di handphone itu simpel, Ini yah training plannya. Tapi file yang terlampir membuatnya bahagia.
Kiki benar-benar menepati janjinya untuk membuatkan training plan dan dengan detail, meski Cahya kurang mengerti maksudnya apa. 3 km Easy, Core Training, Fartlek, long & Steady, istilah-istilah yang sangat asing baginya. Tapi Cahya tidak ingin pusing-pusing mencari artinya di situs pencari, karena hari kamis ia akan menemui Kiki di GOR Soemantri. Gelanggang Olahraga Soemantri yang ada di daerah kuningan, paling tidak itu yang Cahya dapatkan dari aplikasi peta di handphone.
Training plan pemberian Kiki langsung dicetak di kertas besar, ditempel layaknya poster di dinding kamar Cahya. Tidak ada poster film ataupun karya lainnya yang tertempel di kamar Cahya karena ia merasa itu dapat mengganggu proses berkaryanya, makanya kertas yang baru ditempelnya itu terlihat begitu menonjol.
Cahya berdiri di depan kertas yang baru ditempelnya dan tersenyum.
“Ciee...” Goda Afi dan Lala sambil melihat Cahya yang baru saja begadang itu.
“Dengar yah,” seru Cahya ke Afi dan Lala yang telah menemani Cahya semalaman, walau tidak ikut begadang tapi tidur nyenyak. “Aku tidak tahu apa aku memang suka sama dia. Jangan-jangan ini hanya perasaan yang muncul sesaat saja, makanya training plan.. eh jadwal latihan ini akan kugunakan untuk menentukan langkahku ke depannya.”
“Tunggu-tunggu,” Sela Afi. “Maksudnya apa nih? Jadwal jadi penentu?”
“Suka mah suka aja,” Lanjut Lala. “Nggak usah pakai jadwal-jadwalan.”
“Kalian sadar tidak,” Balas Cahya. “Kiki sampai sebegininya bikinin jadwal dan rela meluangkan waktu untuk melatih aku? Bisa jadi justru dia yang suka aku! Jatuh cinta pada pandangan pertama di CFD, makanya mau antar aku ke tukang pijit dan ke kosan.”
Afi dan Lala tercengang mendengar perkataan Cahya barusan.
“Jadi training plan ini adalah caranya untuk PDKT, pendekatan.. jadi dia bisa tambah dekat sama aku.” Lanjut Cahya.
Afi dan Lala berdiri lalu memegang dahi Cahya. Menatap tajam temannya yang baru begadang ini.
“Cahya,” Kata Afi pelan. “Dulu kamu bilang kami ini halu gara-gara nganggap idola kami sebagai suami.”
“Sekarang justru kamu yang halu,” Lanjut Lala. “Halusinasi karena menganggap Kiki lagi PDKT dan suka kamu, padahal cuman kamu saja yang menggunakan jadwal latihan itu supaya bisa lebih dekat sama dia.”
“Dasar Haluuu...” Seru Afi dan Lala.
Cahya mundur setelah dikatain begitu dan berusaha menetapkan hati, “Baiklah, aku mengakui memang ada perasaan sama dia. Dan kalau selama latihan ini ternyata aku memang suka, di race day ini, hari marathon ini, akan kujadikan sebagai confession day. Aku akan menyatakan perasaan!”
“Nah, begitu dong.” Sahut Afi dan Lala.
“Atau jangan-jangan justru Kiki yang bakal nyatain perasaannya di confession day, eh race day maksudku.” Gumam Cahya.
“Yeee, dasar haluu!” Seru Afi dan Lala sambil menoyor kepala Cahya.
***
“Hooo, Rajanya jadi orang gagah dengan baju zirah dan megang tongkat kerajaan begini. Keren!” Kata Pak Nasrul.
Dosen desan grafis ini begitu menyukai konsep desain catur yang dikemas ulang oleh Cahya. Dari yang sekedar simbol biji catur, semua diubah jadi seperti kerajaan jaman abad pertengahan di Eropa. Raja menjadi Pemimpin gagah dengan tongkat kerajaan, berbaju zirah dan mengekanan jubah. Ratu menjadi seorang perempuan berbaju zirah dan memegang pedang tajam, siap menerjang ke seluruh area papan catur. Kuda menjadi pasukan kavaleri dengan tombak panjang dan kuda yang menggunakan pelindung zirah. Pion yang bebaris di depan menjadi pasukan kerajaan yang berjalan kaki.
Cahya senang sekali melihat dosennya memuji gambar konsep desain catur versi kerajaan buatannya.
“Ini bagus sih.. tapi sayangnya...” Kata Pak Nasrul pelan sambil mendorong balik kertas-kertas cetakan gambar konsep desain buatan Cahya. “Yang seperti ini sudah banyak. Coba saja kamu cek di internet, bahkan sudah pernah ada game komputer catur seperti ini. Pion hitam menebas pion putih dengan pedang saat memakannya, seperti pertarungan antar pasukan dalam merebut area kekuasaan.”
“Masa?” Keluh Cahya. Ia pun langsung mengecek di internet dan ternyata memang benar, sudah ada yang seperti itu. “Aduh, harusnya aku ngecek dulu yah.”
Gambar-gambar yang dibuat Cahya sepenuh hati dan dicetak dengan uang yang tidak sedikit itu satu persatu dicoret oleh Pak Nasrul, “Ya sudah kamu coba lagi bikin konsep yang lain yah. Yang ini saya tolak.”
Cahya tertunduk lemas, berjalan pelan kembali ke kursinya, menjatuhkan kepala ke atas meja yang berantakan oleh kertas konsep desainnya. Matanya mengantuk karena kurang tidur, dan ketika benar-benar mau tidur ada yang memanggilnya.