Be my Pacer in Marathon

Ockto Baringbing
Chapter #10

Catur

Mengejar.

Bayangan hitam di depan terus dikejarnya walau kaki sudah terasa berat. Rerumputan beterbangan karena derap kaki yang kencang.

Mengejar.

Bayangan hitam di depan terus dikejarnya walau nafas sudah memburu. Udara mengalir karena mulut dan hidungnya berhembus kencang.

Mengejar.

Bayangan hitam di depan terus dikejarnya walau jaraknya semakin jauh. Ranting-ranting pohon berjatuhan karena mengenai badannya yang berlari kencang.

Makhluk cahaya putih itu tampak bersinar ketika berlari mengejar bayangan hitam di depan matanya, terus berlari. Entah kenapa, bayangan hitam itu seakan menarik makhluk cahaya putih seperti black hole.

“Cahyaaa!!”

Gadget Cahya tiba-tiba terlepas dari tangannya ditarik oleh partikel luar seperti black hole. Afi dan Lala yang berpakaian hitam dan dengan logo VFX telah mengambilnya.

“Kamu ini kenapa malah gambar apaan ini? Makhluk aneh yang biasa kamu posting di akunmu!!” Kesal Afi.

“Kamu sadar ‘kan kalau kamu masih ada daftar pesanan gambar yang belum dibuat?!” Lanjut Lala.

“Kerjain dulu pesanannya baru kamu bebas mau gambar apapun itu!”

“Iya, katanya kamu butuh uang?!”

“Aku memang tadinya butuh uang!” Ketus Cahya. “Tapi kan sudah kekumpul buat biaya pendaftarannya dari 10 gambar kemarin!”

“Tapi ini masih ada pesanan!” Kata Afi.

“Kerjain dulu dong.” Lanjut Lala.

“Janjinya hanya 10 pesanan tapi kenapa jadi ditambah sama kalian?!” Cahya semakin kesal.

“Habis, kan sayang ini masih pada pesan.” Kata Afi sambil memelas.

“Iya, kasihan juga yang sudah pada pesan ini kalau dibatalin.” Lanjut Lala dengan memasang wajah sedih.

“Sayang apanya?!” Teriak Cahya. “Ini gara-gara kalian yang silau ngelihat uang! Kalian ngambil 10% dari uang pemesan aku tidak apa-apa karena ini juga berkat bantuan kalian. Tapi kalau akhirnya nambah-nambahin kerjaan yang nggak aku butuhkan ya aku jadi kesal!.

“Maaf Cahya,” Afi memelas. “Ini 10 pesanan terakhir deh, habis ini aku nggak terima lagi.”

“Iya,” Lala ikut memohon. “Nggak enak kalau dibatalin begitu saja. Nama kita jadi jelek di grup Effex nantinya.”

“Ya sudah,” Ketus Cahya. “Aku kerjain sebagai rasa terima kasih karena kalian sudah bantu aku membayar uang registrasi Jakarta marathon. Tapi habis ini aku nggak mau lagi, dan kukerjainnya pelan-pelan yah soalnya lagi ada tugas kuliah dan harus latihan juga.”

“Iya, iya.. makasih yah Cahya.” Afi membungkuk.

“Terima Kasih teman baikku.” Lala memeluk Cahya.

“Ya sudah mana alat gambarku? Kembalikan biar aku buat sketsanya dulu.” Kata Cahya.

Afi segera mengembalikan gadget milik Cahya dan memberikan semangat untuk terus menggambar. Tapi Cahya bilang kalau ia mau mengupload gambar seri makhluk cahaya yang dia buat tadi dulu sebelum membuat sketsanya. Gambar ini adalah caranya berelaksasi dari kejenuhan mengerjakan tugas kuliah, aktifitas hidup, dan tentunya menggambar pesanan gambar oppa.

 Afi dan Lala mengiyakan lalu menyalakan TV dan mulai menonton konser VFX sambil menunggu. Namun pada akhirnya, Cahya dibiarkan bekerja sendirian lagi sementara Afi dan Lala asyik bernyanyi bersama oppanya.

***

“Bagus! Ide yang sangat brilian!! Catur versi majapahit!!” Seru Pak Nasrul ketika melihat konsep desain terbaru yang dibuat Cahya. “Ini mengangkat kebudayaan lokal dalam permainan yang populer di dunia, kamu hebat.”

Cahya senang sekali melihat Pak Nasrul memuji-muji konsepnya, tapi ia masih khawatir. “Anu pak... Jadi ini sudah oke? Bisa segera lanjut?”

“Iya, oke sekali ini. Meskipun bentuknya manusia, tapi kamu membuatnya tampil seperti arca-arca peninggalan Majapahit yang ada di museum. Jadinya mereka tetap kokoh dan tidak mudah jatuh, cocok jadi buah catur!”

Cahya tersenyum senang mendengarnya, Pak Nasrul pun belum berhenti memberikan pujian. “Rajanya pakai keris, mantap. Bentengnya menggunakan desain candi-candi Majapahit bukannya benteng ala Eropa, mantap. Pasukannya tidak pakai baju karena jaman itu memang kebanyakan telanjang dada semua, kamu juga risetnya oke sepertinya.”

“Iya, aku cari banyak referensi sebelum mulai menggambar.” Balas Cahya. “Sekalian ngecek apakah ada yang mirip-mirip konsepnya.”

“Bagus, kamu belajar dari kesalahan. Kalau begitu sekarang bisa mulai dibuat versi jadinya supaya bisa dimainkan, catur majapahit.” Pak Nasrul mengangkat tangan dan mengacungkan jempol.

Cahya berjalan pelan kembali ke kursinya, lalu duduk lemas dan menjatuhkan kepala ke atas meja.

Raka datang dan mengambil kertas-kertas konsep buatan Cahya yang diberikan lingkaran. “Wah, ini sudah oke. Hebat! Tapi kok kamu kelihatan lemas? Semangat dong!”

“Aku capek, akhir-akhir ini melelahkan sekali kehidupanku.” Keluh Cahya.

Raka berpikir sesaat.

“Apa karena lari di CFD seperti yang dibahas kemarin di kantin?” Tanya Raka. “Kamu lagi rajin lari?”

“Hah?” Cahya Kaget. “I.. iya sih aku lagi sering lari buat latihan marathon. Tapi bukan gara-gara itu saja.”

Lihat selengkapnya