Be my Pacer in Marathon

Ockto Baringbing
Chapter #16

Maaf

Suasana kantin di samping GOR Soemantri yang biasanya riang dan canda tawa mengalir sembari mengisi perut dengan makanan berubah menjadi serius. Meja-meja yang terpisah digeser hingga berjajar panjang supaya banyak orang bisa duduk bersama, bukan untuk makan berdekatan tapi supaya bisa diskusi dan didengar seluruh anggota Team ORA.

Para penjual makanan dan minuman di kantin terus memperhatikan mereka. Penasaran apa yang terjadi dan bersiap akan sesuatu yang nantinya mereka dapatkan. Ini seperti meja konferensi yang sedang ditonton banyak orang lewat televisi dan online streaming.

“Jadi waktu itu kamu sebetulnya belum daftar marathon, tapi jadi terpaksa daftar dan cari uang dari bikin-bikin gambar ini?” Tanya Kiki.

“Iya..” Jawab Cahya pelan.

“Terus kamu sampai begadang ngerjain sidejob ini buat beli sepatu baru, kaos kaki, semua-semuanya buat marathon nanti?” Lanjut Kiki.

“Iya...”

“Eh, kenapa kamu nggak bilang?”

“Soalnya...”

Tangan Cahya menggenggam pinggir meja, meluruskan tangannya hingga badannya terdorong ke belakang. Ia kebingungan harus menjawab apa.

“Tidak masalah karena apa, yang penting sekarang itu dia harus istirahat dulu. Berhenti lari yang nggak ada untungnya.” Ketus Raka.

“Nggak ada untungnya bagaimana?!” Rachel sebagai salah satu pendiri Team ORA kesal. “Dengan berlari badan kita jadi lebih sehat dan bugar, stamina terjaga.”

“Buktinya Cahya malah sakit sejak mulai lari!” Balas Raka.

“Itu kan karena kebanyakan begadang, kurang istirahat.” Balas Rachel.

“Nah makanya, habis begadang itu harusnya Cahya istirahat saja daripada lari. Akhirnya sakit kan?”

“Tapi, itu kan..” Rachel mau membalas lagi tapi tidak tahu harus berkata apa.

“Sudah ngabisin uang, nyakitin badan juga, gimana sih?!” Raka menggebrak meja dengan kedua tangannya.

“Hei,” Seru Tony. “Kesal boleh, tapi nggak perlu segitunya juga sih.”

“Habis kalian masih saja nyuruh dia lari, padahal baru sakit.”

“Maksudnya apa nih?”

“Cahya baru sembuh, tapi sudah lari lagi bukannya istirahat.”

BRAK!

Kali ini Tony yang menggebrak meja, Raka yang duduk di sampingnya langsung terdiam.

“Kita nggak pernah nyuruh dia lari, tapi memang Cahya yang mau lari. Lagian tidak ada yang salah kalau mau olahraga lari setelah sembuh dari sakit. Kita juga nggak nyuruh dia lari kencang dan diforsir. Kita justru jagain Cahya supaya tetap nyaman larinya.” Tony berdiri dan menatap mata Raka.

Raka yang tadinya terlihat marah mulai kebingungan, ia menoleh ke Cahya.

“Benar kok,” Kata Cahya. “Nggak ada yang nyuruh aku buat lari. Datang kesini karena memang mau lari, pelan saja kok terus dijagain sama mereka semua juga.”

“Iya,” Karina ikut menimbrung. “Kalau masalah lari habis sakit aku juga pernah begitu, dan dijagain sama Team ORA pas larinya. Eh sekarang, aku malah bisa terus lari dan badan jadi lebih kuat nggak gampang sakit.”

“Aku juga waktu awal-awal lari pernah sakit karena belum biasa,” Timpal Aryo. “Tapi sekarang akhirnya badan jadi lebih bugar dan sudah 5 tahun ini tidak pernah sakit lagi. Padahal dulu gampang kena sakit loh.”

“Itu kan kalian ngebelain saja. Kalian satu tim.” Keluh Raka.

“Ya kalau begitu silahkan saja tanya ke semua orang di kantin ini,” Balas Kiki sambil berdiri dan menunjuk ke semua orang yang sedang makan di sekelilingnya. “Mereka ini rata-rata pelari yang istirahat habis olahraga. Coba tanya mereka saja, apakah benar lari setelah sakit itu tidak boleh. Terus tanya juga apakah badan jadi lebih bugar setelah rajin berlari? Kalau masih penasaran kita bisa balik lagi ke trek Soemantri dan tanyain orang-orang yang masih lari hingga larut malam di sana.”

Lihat selengkapnya