Be my Pacer in Marathon

Ockto Baringbing
Chapter #18

Rebutan Jalanan

Sebuah meja yang ada di sudut kantin diisi penuh oleh 4 orang. 2 orang sibuk mengatur pesanan di handphone dan 2 orang lagi sedang menggambar sesuai daftar yang sudah dibuat.

“Aku masih kebingungan ngegambar pose pas teriak araso ini, yang mana sih?” Tanya Raka.

“Ini loh,” Jawab Cahya. “Sini biar kucapture dari video klipnya terus aku kirim kamu. Nanti tinggal jiplak dari sini saja.”

“Oke, baiklah.”

Raka pun kembali mengerjakan gambar pesanannya dan Cahya juga kembali mengerjakan bagiannya.

“Lihat..” Bisik Afi ke Lala. “Cocok kan?”

“Ini namanya lagi kerja, memang harus saling kerja sama.” Ketus Lala. “Sama seperti kita yang bisa saling mengisi, kamu promosiin ke grup Effex dan penggemar boyband K-Pop lainnya sedangkan aku orang-orang biasa yang memang mencari tukang gambar.”

“Iya.. iya..” Goda Afi, ia merasa pilihannya supaya Cahya dan Raka berpasangan itu paling benar.

Lala memilih untuk menjawab email-email yang masuk daripada capek meladeni Afi.

“Ngomong-ngomong, kamu sudah tahu mau bikin iklan apa?” Tanya Raka.

“Belum.” Jawab Cahya.

“Aku ada beberapa ide nih, sudah kucatat semalam. Kamu mau lihat?”

“Jangan, aku mau cari sendiri dulu.”

“Tapi beneran loh, lihat saja dulu. Masalah dipakai atau tidak kan bisa dipikirkan nanti.”

“Takutnya aku jadi terpengaruh setelah lihat ide-ide kamu. Jadi sebaiknya jangan dulu.”

“Baiklah.. pokoknya kalau masih kebingungan kabarin aku saja yah.”

“Oke, terima kasih yah.”

Tidak lama kemudian, Cahya dan Raka telah menyelesaikan satu gambar pesanannya masing-masing. Afi dan Lala kemudian memberikan pesanan berikutnya dan langsung dibuatkan gambar sketsanya.

“Cahya, sudah saatnya berangkat ke Soemantri nih.” Panggil Kiki yang baru saja datang.

“Oh iya, aku sudah dulu yah. Mau lari dulu.” Kata Kiki sambil membereskan barang-barangnya.

“Baiklah, biar aku teruskan sisanya.” Balas Raka.

“Terima kasih banyak.” Cahya tersenyum.

Raka membalas senyumannya dan melambaikan tangan melihat Cahya pergi dengan Kiki. Begitu mereka berdua sudah tidak terlihat lagi, wajahnya menjadi murung. Raka menghela nafas dan mencoba mengumpulkan semangat lagi lalu mulai menggambar.

“Lihat, Cahya langsung semangat diajak lari.” Bisik Lala ke Afi.

Afi merasa kesal lalu berkata, “Kamu tidak apa-apa ngelihat dia pergi begitu saja sama cowok lain, Raka?”

“Yah, mau bagaimana lagi? Masa aku kejar ke sana terus marah-marah kayak kemarin lagi?” Keluh Raka.

“Kalau kamu cuman ketemu dia di kampus saja sih bakalan susah buat ngedapetinnya, kamu suka dia kan?!”

Raka kaget tibat-tiba dicecar seperti itu, “Eh.. ta.. tapi mau gimana lagi..? Setelah kuliah dia lari terus, kalau tidak lari waktunya dipakai istirahat.”

“Kalau begitu kamu ikutan lari saja.” Tiba-tiba Lala asal saja memberikan usulan. “Itu kalau kamu bisa lari juga sih, haha.”

Raka terdiam, jarinya yang dari tadi masih menggambar tiba-tiba berhenti.

“Benar juga itu, kamu ikutan lari saja.” Seru Afi.

“Hah? Serius?!” Lala kaget, candaannya malah diseriusi oleh Afi.

“Iya, ikutan lari pas hari minggunya saja. Kalau di Soemantri memang latihannya lebih ketat, tapi di CFD santai kok. Kalau kecapekan bisa berhenti di tengah jalan dan langsung beli minum, banyak orang jualan.” Balas Afi.

“Eh, tapi..” Raka bimbang.

“Ayolah, nanti kita temenin deh.” Seru Afi.

“Hah? Kita temenin?” Gerutu Lala.

“Ojog La, masa kamu lupa operasi joging kita..” Bisik Afi.

“Kenapa tiba-tiba kamu ungkit lagi itu? Bukannya kita langsung nyerah habis lari sekali di CFD waktu itu?” Bisik Lala.

“Makanya sekarang comeback, kita harus bangkit lagi.”

“Bangkit dari apa?!”

Lihat selengkapnya