“Ayo Kim Un!!” Teriak Afi.
“Jangan mau kalah Kang Sol!!” Balas Lala.
“Sedikit Lagi Kim Un!!”
“Kang Sol, Teruuss”
“Aaahh!!”
“Yeeesss, my baby Kang Sol!! My love!”
Lala meloncat-loncat kegirangan melihat idolanya memenangkan lomba sprint 60 meter di Olympic Idol. Acara TV di Korea yang menampilkan idola-idola senior maupun junior untuk bertanding dalam beberapa cabang olahraga, seperti panahan, bowling, hingga lari.
Cahya yang sudah lelah menghirup asap kendaraan karena Soemantri ditutup tidak menghiraukan mereka.
Setelah bersungut-sungut, Afi kembali tegang karena kali ini idolanya kembali bertanding. Bila dalam lomba sprint adalah lomba individu, kali ini Kang sol dan Kim Un berlari bersama dalam lomba relay 400 meter.
“Vifex! Vifex!!”
“Maju terus Vifex!”
“Kim Un!”
“Kang sool!”
“Yeess, dapat emas!”
“Gold medal!! Horee”
Kali ini Afi ikut loncat kegirangan bersama Lala karena tim idola mereka, VFX, berhasil mengalahkan grup Korea lainnya. Cahya berusaha tidur tapi tidak bisa, kamarnya serasa seperti sedang terkena gempa.
Ketika Cahya berpikir kalau ini adalah penderitaan terburuk yang akan dia alami di malam hari, tiba-tiba datang sebuah informasi tidak baik.
“Cahya, minggu nanti kami ikutan lari di CFD yah.” Seru Afi.
“Hah?!” Cahya kaget.
“Tiba-tiba kami jadi semangat lari lagi melihat suami-suami kita menang lomba lari.” Lanjut Lala.
“Apaa?!” Cahya semakin kaget.
“Oh iya, Raka juga mau ikutan. Jadi nanti kita bertiga lari bareng kamu yah.”
“Loh kok?!” Cahya terbangun dari kasurnya dan meluapkan rasa kaget campur panik. “Ada apa tiba-tiba?!”
Afi dan Lala tidak membalas, mereka kembali sibuk meloncat kegirangan dan lanjut menonton rekaman Olympic Idol di kamar Cahya. Sesekali mereka menyanyikan lagu VFX untuk merayakan kemenangan boyband kegemaran mereka, dan juga berteriak memberikan semangat ketika pertandingan cabang olahraga lain berlangsung. Meski ini hanya sebuah rekaman, tapi Afi dan Lala tetap memberikan yang terbaik karena mereka sengaja tidak melihat artikel ataupun cuitan di media sosial mengenai siapa yang menang dan kalah. Mereka ingin merasakan momennya secara langsung.
Cahya pun semakin kesulitan tidur. Bukan hanya karena seruan Afi dan Lala, tapi juga kenyataan latihan larinya di hari minggu bisa terganggu.
***
“Loh, kalian datang lagi?” Kiki kaget.
“Iya, dan kali ini ada yang baru mau ikutan juga loh.” Seru Afi sambil menarik Raka.
“Dia mau coba lari katanya, penasaran.” Lanjut Lala sambil menepuk-nepuk pundak Raka.
“Ooh, silahkan kalau begitu. Justru makin ramai makin bagus.” Balas Kiki.
Cahya diam saja karena tidak ingin membantah perkataan Kiki dan mau fokus pada latihannya. Namun ternyata, hal yang ditakutkan mulai terjadi sejak pemanasan sebelum lari.
“Aduduh, Cahya! Gimana ini?!” Jika kemarin Afi meloncat kegirangan, kini ia meloncat minta tolong.
“Eh jatuh, eh aduh. Kok kalian bisa sih?” Lala pun sama saja tidak ada bedanya.
Afi dan Lala kesulitan saat mengangkat kaki dan menahannya selama delapan hitungan. Mereka meloncat-loncat dengan satu kaki mencoba mempertahankan posisinya. Pada akhirnya Cahya yang ada di sebelahnya tertubruk dan ikut kehilangan keseimbangan. Kaki Cahya yang diangkat turun seketika supaya tidak terjatuh.
Saat duduk di aspal dan salah satu kaki ditarik hingga menyentuh dada, Afi dan Lala malah terguling. Cahya kembali menjadi korban dan kali ini ia terpaksa menahan dengan tangan supaya tidak ikut terguling. Telapak tangannya terasa sakit ketika mencoba menahan beban tubuhnya dan kedua temannya.
“Kalian ini niat pemanasan nggak sih?” Keluh Cahya.