Dua orang lelaki berdiri di salah satu sudut trek Soemantri, di samping bendera corner lapangan sepakbola yang ada di tengah-tengahnya. Kaki dan tangan bersiap untuk berlari sambil menunggu aba-aba dari seorang perempuan yang berdiri di atas rumput lapangan sepakbola, untung tidak ada yang sedang bermain bola.
“3.. 2..” Kata Cahya, memberikan aba-aba.
Kiki dan Maul menundukkan badannya sedikit, seperti harimau yang bersiap untuk menerkam.
“1.. Go!!” Teriak Cahya.
Kiki dan Maul langsung berlari kencang seperti harimau yang sedang mengejar mangsa.
“Ada apa ini?” Tanya Tony ke Cahya.
“Ini.. mereka tiba-tiba ngadain lomba dan yang kalah harus keluar dari trek soemantri. Nggak boleh lari di sini lagi.” Jawab Cahya.
“Hah?” Tony kaget.
Kiki dan Maul berlari melewati Tony yang kaget, satu putaran sudah berlalu. Keduanya masih terlihat berlari bersamaan, tidak ada yang tertinggal. Tony yang ketinggalan cerita pun akhirnya jadi tahu kalau awalnya Maul yang memprovokasi setelah terus mengata-ngatai Cahya, jogger yang harusnya tahu diri.
“Ini ada apa, guys?” Rachel yang biasa lari bareng Tony ikut bertanya. Awalnya ingin tahu kenapa Tony berhenti berlari, tapi begitu melihat Kiki dan Maul berlari melewatinya pada putaran kedua maka pertanyaannya pun berganti.
Kiki terlihat kewalahan begitu memasuki putaran ketiga, dirinya mulai tertinggal. Cahya juga mulai kewalahan menjawab pertanyaan anggota Team ORA yang berdatangan satu persatu karena ingin tahu ada kejadian apa.
Maul memimpin putaran ketiga dengan jarak yang tidak jauh dari Kiki. Namun begitu anggota Team ORA tahu apa yang terjadi, mereka semua langsung berteriak.
“Ayo Kiki!”
“Semangat!! Lebih cepat lagi!”
“Kalahkan dia!”
300 meter menuju finis, Kiki masih tertinggal dari Maul.
200 meter menuju finis, Kiki mulai mendengar teriakan-teriakan pemberi semangat kepada dirinya. Kakinya mulai bergerak lebih cepat dan Maul pun terkejar.
150 meter menuju finis, Kiki berhasil membalap Maul. Bukannya kesal, senyuman muncul di wajahnya dan Maul kembali meningkatkan kecepatan.
100 meter menuju finis, Kiki kembali tertinggal setelah dilewati Maul.
80 meter menuju finis, Cahya terus menyemangati Kiki dengan teriakan dan tangan yang diangkat ke udara. Kiki pun mengangkat kaki lebih tinggi lalu memacu langkah kakinya lebih jauh lagi.
60 meter menuju finis, Kiki berhasil membalap Maul lagi. Tawa kecil terdengar dari mulut Maul mengiringi degup jantungnya yang semakin menderu karena larinya semakin kencang.
40 meter menuju finis, Maul kembali memimpin.
30 meter menuju finis, Kiki berhasil mengambil alih posisi nomor satu.
20 meter menuju finis, Maul berlari ke depan.
10 meter menuju finis, Kiki menjadi yang paling depan.
Finis, Maul berhasil menjadi pemenang.
“Hh.. Hhh..” Kiki membungkuk dan tangan bertumpu pada lututnya karena lelah. Giginya menggeretak karena kesal.
“Hahaha, hebat!! Ini dia baru Kiki yang aku kenal!!” Teriak Maul. “Kiki si Kilat! Lari secepat kilat!”
“Loh, kenapa malah muji-muji Kiki padahal dia baru menang?” Cahya kebingungan sambil melihat Maul yang tadinya tampak seram tapi kini seperti anak kecil yang bahagia.
“Aku menang kali ini, tapi aku senang karena akhirnya kita bisa ngadu kecepatan lagi.” Kata Maul sambil menepuk pundak Kiki.
“Iya,” Balas Kiki. “Eh tunggu.. jangan-jangan kamu memang sengaja manasin aku buat ngadu lari?”
“Iya,” Teriak Maul, lalu tangannya menunjuk ke Cahya. “Waktu itu aku nggak sengaja ketemu kamu waktu beli sepatunya cewek itu. Dari situ aku tahu kalau kamu masih lari, hanya saja tidak tahu di mana. Sejak itu aku mencari-cari tempat kamu biasa lari. Sampai akhirnya waktu CFD beberapa minggu lalu aku ngelihat kamu nolongin orang, jadi tahu kalau kamu pacer Team ORA. Kucari-cari infonya di medsos dan akhirnya berhasil memastikan kalau kamu sekarang lari di Soemantri di hari selasa dan kamis sekitar jam segini.”
Kiki kaget mendengar hal itu, Maul sudah berjuang untuk menemukan dirinya.
“Tapi sepertinya aku harus mencari tempat lari yang baru.” Kata Kiki kesal.