Menggerakkan tangan berirama dan melangkahkan kaki dengan kecepatan yang sama, Cahya dan Kiki kembali berlari di Soemantri. Namun Cahya sadar, walaupun Kiki sedang berlari bersamanya sebagai coach tapi matanya terus mengarah ke orang lain yang berlari cepat. Maul berlari dengan pace 5 secara konstan selama 15 menit dan masih terus dilakukannya hingga tidak tahu kapan.
Setelah menyelesaikan sesi latihan bersama Cahya, Tony pun mendatangi Kiki untuk mengajaknya lari bersama seperti biasa. Tapi kali ini tiba-tiba saja Kiki menolak, “Aku ingin lari sendiri dulu boleh?”
“Hah?” Tony kaget. “Ya, boleh saja sih.”
Tanpa basa-basi lagi, Kiki langsung berlari mengitari trek dengan kecepatan tinggi. Maul yang masih melakukan tempo dengan berlari stabil pada pace 5 dikagetkan oleh Kiki yang tiba-tiba saja melewatinya.
Dengan penuh semangat Kiki terus berlari pada pace 4, berputar terus dan melewati semua pelari yang ada di situ.
“Permisi!”
“Awas!”
Teriak Kiki tiap kali ada orang yang berlari di jalur dalam tapi dengan kecepatan rendah. Terkadang malah justru Kiki yang harus mengalah dengan berpindah jalur sementara untuk menghindari tabrakan. Karena ada saja orang yang malah berjalan kaki di jalur dalam akibat kelelahan usai berlari kencang, bukannya mereka segera berpindah ke jalur luar. Hanya ada beberapa orang yang sanggup mengikuti kecepatan lari Kiki dan dengan jangka waktu lama, salah satunya adalah rival lama dia.
Maul pun meningkatkan kecepatannya dan tidak butuh waktu lama sudah berlari di samping Kiki.
“Hoo,” Kata Maul. “Ada yang sedang bersemangat sepertinya.”
“Aku hanya ingin merasakan kecepatan yang pernah kualami dulu itu.” Jawab Kiki.
“Ya.. ya.” Balas Maul. “Bagaimana rasanya kakimu membentur tanah lalu terhempas dengan cepat. Begitu cepatnya sampai rasanya kakimu melayang di udara. Nafas menjadi berat karena tubuhmu terus melaju seakan-akan menghancurkan udara yang ada di depan, terbakar karena pacemu yang tinggi. Rasa lelah yang membuat pikiranmu rasanya ingin berhenti saja, istirahat sejenak. Tapi kamu malah terus melangkah karena ini kamu tahu kalau hatimu ingin terus maju.”
Kiki berlari sambil terus memandang ke depan, tapi bukan berarti dia tidak mendengarkan kata-kata Maul.
“Mengerahkan semua tenaga menuju garis finis.” Kata Maul sambil mengangkat tangannya ke atas seakan-akan sedang berlari di lomba dan menembus tali yang dibentangkan untuk pemenangnya. “Perasaan campur aduk ketika akhirnya berhasil lari dan mengalahkan banyak orang. Kaki yang masih bergetar walau sudah berhenti. Nafas ngos-ngosan padahal sudah tidak mengejar apa-apa lagi.”
Kiki melirik ke Maul yang berlari sambil menutup matanya dan membayangkan dirinya berada di tempat lain. Kaki Maul masih terus melangkah dan berbelok seakan-akan tubuhnya sudah memiliki memori kapan harus berlari lurus dan kapan harus belok sesuai lintasannya.
“Lalu berdiri di atas podium dan berada di atas, lebih tinggi dari semua orang.” Kata Maul sambil mengangkat tangan lurus ke atas seakan-akan sedang mengangkat piala. “Menjadi yang tercepat, terdepan, terbaik, dan terhebat di antara semua orang di situ.”
Tidak lama kemudian Kiki dan Maul pun berhenti berlari bersamaan. Mereka berdua kemudan berdiri berhadap-hadapan.
“Pertanyaannya adalah..” Kata Kiki. “Siapa orang yang kamu maksud itu?”
“Hah?” Maul tertegun dan semua yang barusan dia bayangkan langsung menguap.
“Siapa yang akan menjadi terdepan dan berdiri paling tinggi di podium?” Tanya Kiki.
“Aku tidak tahu,” Jawab Maul. “Karena di tiap race bisa saja ada kejutan. Munculnya orang baru yang selama ini tidak dikenal tiba-tiba larinya kencang. Pelari lama yang sudah punya banyak pengalaman. Aku juga bisa saja menang setelah pernah menang di lomba 10 kilometer dulu itu, ngalahin kamu.”
Kiki terperanjat mendengarnya dan mengernyitkan dahi.
“Yang jelas bukanlah jogger atau yang sehari-harinya jagain pace orang.” Lanjut Maul.
Kemudian Maul tersenyum dan menatap mata Kiki. Mereka berdua saling tersenyum dengan arti yang berbeda, Maul berusaha mengejek Kiki dan Kiki merasa dirinya ditantang Maul.
“Aku sudah selesai latihannya,” Kata Maul sambil berbalik badan. “Sudah dulu ya, sampai jumpa lain kali.”
Kiki melihat Maul berjalan pergi sambil berkata pelan, “Ya, sampai jumpa di Jakarta Marathon.”
***
“Teman-teman semua!” Teriak Kiki di kantin saat sedang berkumpul bersama anggota Team ORA. “Akhirnya Kiki bakal ikutan Jakarta Marathon bareng kita!”
“Wiih, mantap!” Seru Aryo.
“Great news, akhirnya race lagi kamu!” Kata Rachel.
“Asyik, akhirnya bisa ngeliat Kiki lari kencang lagi di race.” Kata Karina.
“Semoga sukses.”
“Horee.”
“Bakalan seru ini, lari marathon sambil tanding ulang sama rival.”
Semua anggota Team ORA berseru memberikan semangat sambil tepuk tangan. Hanya Cahya saja yang diam walau tangannya ikut bertepuk. Seharusnya dia senang karena akhirnya Kiki ikut lari marathon, tapi kenyataan kalau Cahya tidak akan ditemani Kiki sebagai pacer membuat hatinya terganjal. Ingin turut berbahagia tapi merasa sedih dalam waktu bersamaan.
“Terima kasih banyak buat bos kita, coach Tony yang sudah membantu mendaftarkan saya di Jakarta marathon.” Kata Kiki. “Dan mengingat Jakarta marathon tinggal sebulanan lagi.. mari kita berlatih giat bersama-sama.”