“Mari Makaaan!!” Teriak Tony.
“Sikat bro!!” Seru Aryo.
“Enjoy teman-teman.” Sahut Rachel.
“Yang potongannya gede mau dong.”
“Minta minumannya!”
“Eh, sambal mana sambal?”
Anggota Team ORA sedang merayakan keberhasilan Cahya dan Kiki menyelesaikan half marathon pertama mereka. Restoran pizza pun menjadi pilihan untuk jadi tempat perayaannya. Meja terbesar yang ada tidak cukup untuk semua anggota, hingga akhirnya ada yang duduk di meja terpisah.
“Untuk bintang kita hari ini, saya persembahkan potongan pizza terbesar dan masing-masing mendapatkan satu mangkuk salad supaya tenaga mereka segera pulih kembali.” Kata Tony sambil menaruh pizza dan mangkuk salad ke meja Cahya dan Kiki.
“Terima kasih coach.” Balas Kiki.
“Banyak banget saladnya, terima kasih.” Balas Cahya.
“Tunggu-tunggu,” Sahut Tony. “Tunjukin medalinya dulu dong baru makan.”
“Iya, mana medalinya?” Sahut Aryo.
“The medal, guys!” Kata Rachel.
Cahya mengambil medali dari tasnya lalu diangkat tinggi-tinggi, “Ini dia, medali finisher aku. Bukti bahwa aku sudah berhasil lari sejauh 21,1 kilometer!”
“Mantaap!” Seru Aryo.
“Kiki mana nih?!” Tanya Tony.
Kiki pun mengangkat medalinya juga walau tidak setinggi Cahya, “Ini teman-teman.”
“Jagoan Team ORA! Finis nomor dua!!” Teriak Tony.
“Congrats!” Seru Rachel.
“Kiki si Kilat sudah kembali!!” Teriak Aryo.
“Begitu balik langsung juara dua, kilaat!” Kata Karina.
“Marathon menang ini mah nanti.” Kata Nadya.
“Podium kemenangan sudah menanti kembalinya Kiki si kilat!!” Seru Tony.
Setiap orang yang berhasil menyelesaikan race di bawah batas waktu yang ditetapkan oleh penyelenggara, untuk half marathon ini adalah 3 jam 30 menit, berhak mendapatkan medali finisher. Banyak orang yang bangga dan menunjukkan medalinya di media sosial, termasuk Cahya. Foto dirinya menggenggam medali di depan backdrop half marathon UI menghiasi postingan akun medsosnya.
Walaupun finis dengan catatan waktu jauh lebih cepat, medali yang diterima Kiki sama dengan milik Cahya. Seharusnya Kiki mendapatkan medali juara 2 karena finis di urutan ke-2, hanya saja ia didiskualifikasi oleh penyelenggara karena ketahuan menggunakan nomor BIB orang lain. Data yang tidak sesuai antara peserta yang terdaftar dengan peserta yang berlari membuat Kiki gagal naik podium, tapi ia sudah menerima medali finisher terlebih dulu.
“Jadi bagaimana, Ki?” Tanya Tony sambil mengunyah pizzanya. “Kamu sudah siap menang lomba Jakarta marathon nanti kan?”
“Doain saja, yang jelas aku akan berlari sebaik mungkin nanti.” Balas Kiki.
“Seandainya aku bisa lari sekencang itu juga supaya nggak ketinggalan jauh, 1 jam lebih, haha.” Kata Cahya sambil tertawa kecil.
“Tenang saja Cahya, if you keep on training, nanti bisa catch up lah.” Sahut Rachel.
“Iya, sekarang saja kamu sudah bisa ngejar pace aku.” Kata Karina. “Lama-lama aku yang dibalap nanti.”
“Yes, sepertinya kamu punya bakat lari. Tinggal diasah terus saja, jangan tiba-tiba lazy terus berhenti lari.” Lanjut Rachel.
“Gitu yah,” Kata Cahya sambil tersenyum. “Kalau latihan terus nanti lama-lama aku bisa sekencang Kiki pas lari marathonnya.”
“Nggak juga,” Sela Aryo. “Mau bagaimanapun tetap ada perbedaan fisik antara cowok sama cewek, makanya di race dipisah jadi 2 kategori. Soalnya secepat apapun cewek pasti tetap kalah sama cowok.”
“Oh ya?” Tanya Cahya.
“Iya,” Jawab Aryo. “Bukan ngeremehin cewek atau ngebeda-bedain yah. Ini masalah hormon saja, otot dan lainnya.”
“Well, kenyataannya memang begitu. Tapi bukan berarti kamu nggak bisa ngejar Kiki.” Sahut Rachel.
“Hahaha,” Kiki tertawa kecil. “Kok jadi ngomongin hormon, terus cepetan cowok daripada cewek. Tenang saja Cahya, nanti pasti kutungguin kok kayak kemarin.”
“Eyy, ditungguin broo!” Seru Aryo sambil menyenggol Kiki. “Bisa saja kamu!”