“Jadi di sini kamu bersembunyi!” Ketus pria berbadan tinggi dengan rambut belah tengah.
“Dicariin di mana-mana, tahunya main tanah di tempat nongkrong anak kekinian. Perkumpulan pelari hore.” Ketus pria dengan kacamata bulat.
“A.. aku latihan kok di sini..” Lirih Maul.
PLAK!!
Sebuah amplop coklat menghantam kepala Maul dan kemudian terjatuh. Beberapa lembar kertas putih terlihat keluar dari amplop itu ketika jatuh ke tanah.
“Itu kubawakan surat peringatan dari coach. Kalau tidak ikut latihan lagi, kamu bakal dikeluarkan!” Teriak pria rambut belah tengah.
“Ma.. maafkan aku Frans.” Kata Maul kepada Frans yang berambut belah tengah. “Aku akan kembali latihan bersama lagi.”
“Nggak perlu minta maaf, asalkan kamu datang senin depan ke GOR Rawamangun sudah beres kok. Biar coach yang nentuin kamu masih boleh lari di Jakarta Marathon apa nggak.” Kesal pria dengan kacamata bulat.
“A.. aku masih ingin lari di Jakarta Marathon. Tolong jangan hapus namaku, Joze.” Pinta Maul kepada pria berkacamata itu.
“Sudah kubilang itu bukan urusanku, minta ke coach saja nanti di Rawamangun.” Balas Joze.
“Ba.. baiklah, nanti aku akan ikut latihan lagi.” Kata Maul.
“Sebetulnya kamu tidak datang juga tidak apa-apa,” Ketus Frans. “Supaya kami bisa cepat cari pengganti yang mau serius, nggak pelari asal-asalan kayak kamu.”
“Sudah gangguin latihan, race pun jadi kalah.” Timpal Joze.
“Ma.. maaf..” Lirih Maul.
“Dibilangin nggak usah minta maaf,” Kesal Joze. “Yang penting kita sudah berhasil nemuin kamu dan ngasih surat peringatan. Selanjutnya terserah kamu dan coach yang nentuin masa depan karir atletmu.”
“Kalau aku yang jadi coachnya sih,” Timpal Frans. “Kamu sudah kukeluarin dari tim. Silahkan saja latihan sendiri kalau memang maunya lari sesukamu saja. Lebih enak buat kamunya, dan tim juga jadi tidak pusing. Sama-sama untung.”
Frans dan Joze terus berdiri dan melihat dengan tatapan tajam kepada Maul yang menunduk. Badan mereka berdua yang lebih tinggi daripada Maul semakin membuat intimidasi semakin terasa. Apalagi bagi orang-orang yang melihat dari kejauhan, seperti Afi dan Lala.
“Perasaan pas lari tadi rivalnya Kiki itu songong banget, lagaknya kayak yang paling hebat.” Kata Afi sambil bersembunyi. “Tapi sekarang ciut gitu kayak kodok.”
“Buset, kenapa tiba-tiba jadi kodok?” Sela Lala. “Itu si dari sok-sokan bos terus akhirnya ketemu bos beneran, langsung takut kena marah.”
“Eh, mereka pergi.” Seru Afi.
Frans dan Joze mendorong pelan bahu Maul sebelum akhirnya membalikkan badan dan pergi. Maul mengambil amplop yang jatuh, mengeluarkan surat di dalamnya, lalu membaca tulisannya dengan pelan. Satu persatu kata yang ada di situ dibaca diiringi dengan kerutan yang muncul di amplop coklat. Tangan kirinya meremas dan menghancurkan amplop itu hingga tidak layak dipakai lagi, seperti Maul yang merasa kalau dirinya tidak layak menjadi atlet nasional lagi. Itulah tulisan yang dibaca Maul hingga menghancurkan hatinya.
SURAT PERINGATAN PERTAMA
Dalam rangka menegakkan disiplin atlet sesuai dengan aturan yang berlaku, nama yang tercantum di bawah ini:
MAULANA ADITYA
Telah melakukan tindakan yang indisipliner serta ketidakprofesionalan dalam menjalankan latihan, di antaranya:
1. Tidak hadir pada latihan rutin yang ditentukan oleh pelatih dan ofisial.
2. Tidak berlaku baik saat menjalani sesi latihan.
3. Tidak berkoordinasi dengan baik dengan sesama atlet, pelatih dan ofisial.