Tertawa.
Mulutnya terbuka lebar padahal tidak ada makanan yang akan masuk. Ia membuka diri terhadap semua kebahagiaan yang akan didapat bersama teman-teman barunya.
Tertawa.
Matanya tertutup kecil padahal tidak ada angin yang akan menerpa. Ia mengalihkan perhatian dari semua kesedihan yang akan menghantui dari masa lalunya.
Tertawa.
Kepalanya terangkat ke atas padahal tidak ada matahari yang akan menyinarinya. Ia menerima pertolongan dari semua orang yang akan membantunya hingga membuatnya senang.
Makhluk Cahaya putih itu kini tidak sendirian di dalam hutan. Ada teman-teman baru yang bercanda, bermain, dan berlari bersamanya. Ia tampak menikmati keadaannya saat ini.
“Sudah siap Cahya?” Tanya Kiki.
“Oh, siap.” Jawab Cahya sambil menutup akun medsos miliknya yang baru saja dilihat, lalu memasukkannya ke kantong khusus handphone untuk lari.
“Ready, guys?” Seru Rachel.
“Ready!” Balas Aryo.
“Sikat!”
“finish strong yah semua.”
“Sampai ketemu di garis finis.”
Anggota Team ORA saling memberikan semangat di tengah-tengah ribuan pelari yang bersiap di garis start.
Lari sejauh 42 kilometer ini dimulai dari area di sekitar stadion Gelora Bung Karno, atau biasa disebut GBK. Tempat yang biasanya digunakan untuk berolahraga dan latihan lari karena luas dan gratis kini dibangun beberapa panggung di antara pilar-pilarnya. Biasanya memiliki ruang gerak yang cukup untuk berlari dan bersepeda kini tertutup pagar besi dan juga tenda-tenda. Pelari, panitia, dan penonton berkerumun di sekitar GBK.
“Cahya, semangaat!” Teriak Afi.
Cahya kaget mendengar suara teman kosannya, ia pun mencari-cari dari mana asalnya.
“Kita di sini, Cahya!” Teriak Lala.
Cahya akhirnya menemukan Afi dan Lala yang berdiri di balik pagar pembatas. Besi hitam berjejer seperti teralis penjara itu dipasang untuk memisahkan antara pelari dengan penonton yang ingin memberikan semangat.
“Wah, terima kasih sudah datang yah. Kirain kalian masih tidur.” Seru Cahya sambil jalan mendekati temannya itu. Ia sangat senang melihat Afi dan Lala rela bangun dini hari hanya untuk datang memberikan semangat sebelum mulai marathon. Lari dimulai pukul 04:30, saat dimana kebanyakan orang masih tidur lelap karena Jakarta marathon diadakan di hari minggu.
“Sekali-sekali tidak apa-apa lah.” Kata Afi.
“Iya, paling habis ini kami tidur lagi nungguin kamu finis. Hahaha.” Lanjut Lala sambil tertawa.
“Bisaaa,” Balas Cahya sambil senyum-senyum. “Nunggu sambil nonton Korea-koreaan juga bisa.”
“Nah itu, aku sudah download banyak video di handphone.” Kata Afi.
“Iya, headset juga dibawa supaya nggak gangguin orang lain.” Lanjut Lala.
“Kalian ini betul-betul yah..” Balas Cahya, ia menahan diri untuk tidak mencubit pipi Afi dan Lala.
“Tapi jangan salah, ada Raka juga loh ikutan datang.” Kata Afi.
“Masa?” Cahya kaget.
“Itu dia, lagi ngerjain gambar pesanan tapi. Rakaaa!!” Teriak Lala memanggil Raka yang sedang duduk di dekat pilar stadion GBK sambil memegang gadgetnya.