Malam ini air mataku kembali tertumpah. Hatiku pilu mendengar jerit kesakitan dari suamiku, yang minggu lalu baru selesai kemoterapi ke satu. Terkadang pendirianku goyah dan muncul sebuah tanya. Dapatkah aku dan suami melampaui ujian ini?
****
"Sayang, bisa cepat ke sini?" Suara suamiku via telepon pagi itu terdengar cemas.
Saat itu suamiku, Mas Faqih sedang berada di Rumah Sakit untuk mengambil hasil analisa operasinya. Sedianya aku ingin ikut menemani, namun Mas Faqih menolak. Kasihan Salman katanya. Salman adalah bayi kami yang baru berusia tiga bulan.
"Kenapa? Ada apa?" tanyaku penasaran. Aku khawatir sesuatu yang buruk telah terjadi padanya.
"Pokoknya ke sini cepat!!!" Suara Mas Faqih semakin meninggi dan terdengar penuh kepanikan.
"Hmm ok, ok. Tunggu, ya. Aku siap-siap, nih," jawabku tanpa banyak tanya lagi.