Di sudut tenang, ide-ide mulai berkelana,
Layar menyala menggugah jiwa yang hampir sirna.
Namun keheningan menyapa dari celah malam,
Bayangan lewat, menghadirkan suasana kelam.
Langkah tertahan di antara jejak buku lama,
Lampu berkelip, takut mulai melanda.
Sosok asing menatap tanpa jiwa,
Antara mimpi dan nyata bercampur tak terbaca.
Kegelapan mencengkeram, suara dingin menyeruak,
Tawa keras menyusup, jeritan pilu menyeruak.
Ketika kusadar, bayangan itu telah sirna,
Namun bekasnya tetap tinggal di dalam dada.
***
Reina duduk di meja sudut perpustakaan kampus, dikelilingi tumpukan buku-buku tentang manajemen waktu dan kepemimpinan. Sebagai mahasiswi yang sibuk dengan tugas kuliah dan organisasi, tempat ini sudah seperti rumah kedua baginya. Perpustakaan ini megah, dengan lampu gantung kristal yang menggantung rendah dan deretan rak buku yang menjulang hingga ke langit-langit. Namun, ada sesuatu yang tak bisa dipungkiri, suasana hening di sini kerap menyisakan rasa misterius, seakan ada sejarah panjang yang berbisik di balik dindingnya.
Reina memandangi layar laptopnya. Deadline proposal kegiatan organisasi tinggal dua hari lagi, dan ia sedang sibuk menyusun kerangka laporan. Namun, perhatian Reina tiba-tiba teralihkan oleh cahaya lembut yang datang dari layar besar di dinding utara perpustakaan.
Layar itu menampilkan sosok gadis cantik dengan senyum menawan. Reina mengenali wajah itu dari beberapa poster promosi di kampus. Gadis tersebut adalah mahasiswi yang sering disebut-sebut sebagai panutan karena kisah hidupnya yang menginspirasi.
Tanpa suara, layar itu menayangkan video profil tentang mahasiswi tersebut. Reina mendekatkan pandangannya, penasaran. Video itu menampilkan berbagai momen inspiratif dari kehidupannya. Gadis itu seorang mahasiswi kedokteran yang juga aktif sebagai relawan di banyak kegiatan kemanusiaan, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Adegan berganti. Gadis itu mengenakan jas dokter, memberikan edukasi kesehatan kepada anak-anak di desa terpencil. Lalu, ia tampak berdiri dengan semangat di depan meja registrasi kegiatan volunteer untuk membantu korban bencana. Video itu juga menampilkan kesehariannya sebagai mahasiswa: ia terlihat duduk di ruang belajar, serius membaca buku tebal sambil menyeruput secangkir kopi.
Reina memandangi layar itu tanpa berkedip, terpesona. “Hidupnya benar-benar seperti mimpi,” pikir Reina dalam hati. Bahkan tanpa suara sekalipun, video itu memancarkan energi yang luar biasa.