Pagi yang cerah menyelimuti Universitas Harapan Baru. Udara segar memenuhi area kampus, ditemani dengan kicauan burung yang bersahutan dari pepohonan rindang di sekitar gerbang utama. Sinar matahari menembus dedaunan, menciptakan siluet indah yang menghiasi jalan setapak menuju aula utama. Beberapa mahasiswa terlihat berjalan santai, sementara yang lain bergegas menuju lokasi seminar dengan ekspresi penuh antusiasme.
Di dalam aula utama, suasana jauh lebih sibuk. Panitia acara tampak berlalu-lalang, memastikan setiap detail telah siap sebelum acara seminar bertajuk "Pendidikan 5.0: Mencetak Generasi Emas di Era Transformasi Digital" dimulai dalam satu jam lagi. Spanduk besar bertuliskan nama seminar dan logo universitas tergantung megah di atas panggung. Beberapa baris kursi telah tertata rapi, sementara tim dokumentasi tengah mengatur kamera dan pencahayaan.
Fahri, Ketua BEM, sibuk berbicara dengan salah satu panitia teknis di dekat panggung, "Pastikan proyektor sudah bisa digunakan, ya. Kita nggak mau ada masalah saat presentasi nanti," ujarnya tegas.
"Siap, Bang! Lagi dicek untuk terakhir kali," jawab salah satu panitia.
Sementara itu, Tiara sedang memastikan konsumsi untuk pembicara dan tamu VIP. Ia mengecek daftar menu yang telah dipesan sejak pagi. "Minuman hangat harus tetap tersedia sampai acara selesai. Jangan sampai ada yang kurang," katanya kepada seorang panitia bagian konsumsi.
Di sisi lain aula, Reina berdiri diam di tengah kesibukan. Ia memandang seluruh ruangan dengan tatapan kosong, seolah pikirannya melayang ke tempat lain. Tangannya menggenggam clipboard yang berisi daftar agenda acara, namun matanya tidak benar-benar melihatnya. Sesuatu tampak mengganggu pikirannya.
Tiara yang sedang berjalan mendekatinya pun menyadari ekspresi Reina. "Reina? Kamu nggak apa-apa? Kok bengong?", Reina tersentak dari lamunannya dan mengalihkan pandangan ke Tiara.
"Eh? Ah, nggak apa-apa, kok. Aku cuma... kepikiran sesuatu."
"Kepikiran apa? Ada masalah?," Tiara mengernyit, mencoba membaca ekspresi sahabatnya.
Reina menghela napas pelan. "Nggak juga. Aku cuma... berharap semua berjalan lancar. Entah kenapa aku merasa sedikit gelisah."
Tiara tersenyum dan menepuk bahu Reina. "Tenang aja, kita semua sudah bekerja keras buat acara ini. Pasti lancar. Lagipula, masih ada satu jam sebelum mulai. Kalau ada yang kurang, kita masih bisa atasi."
Reina tersenyum tipis, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. "Iya, kamu benar. Aku harus tetap fokus."
Di atas panggung, MC dan moderator sedang melakukan sound check. Suara mikrofon yang diuji bergema di dalam aula, memastikan sistem audio bekerja dengan baik. Beberapa panitia mengecek kembali daftar tamu undangan dan mengatur tempat duduk khusus untuk anggota DPR Komisi X yang akan menjadi pembicara utama.
Sementara di luar, suasana kampus tetap damai dengan udara pagi yang masih terasa segar. Burung-burung terus berkicau, seolah menyemangati setiap orang yang tengah mempersiapkan acara besar hari itu.
***
Seiring jarum jam yang semakin mendekati waktu dimulainya acara, suasana aula Universitas Harapan Baru mulai senyap. Para peserta yang semula sibuk berbincang kini mulai duduk dengan tertib. Suara langkah kaki terdengar lirih di antara deretan kursi, sementara panitia tampak memastikan segala sesuatu berjalan sesuai rencana.
Di panggung, MC dan moderator telah bersiap di belakang podium. Mikrofon telah diuji, layar presentasi telah menyala, dan deretan kursi tamu kehormatan di barisan depan kini telah terpasang dengan rapi. Aroma karpet baru bercampur dengan wangi bunga segar di meja penyambutan menciptakan atmosfer formal yang berkelas.
Seorang pria muda dengan setelan rapi yang bertugas sebagai MC, menaiki panggung dengan penuh percaya diri. Ia memegang mikrofon dan menatap seluruh peserta yang telah memenuhi aula. Setelah menghela napas sejenak, ia mulai berbicara dengan suara lantang namun tetap hangat. "Selamat pagi dan selamat datang di Universitas Harapan Baru!" suaranya menggema memenuhi aula, membuat semua orang yang masih berbisik segera mengalihkan perhatian mereka ke panggung. "Hari ini, kita berkumpul dalam acara seminar bertajuk 'Pendidikan 5.0: Mencetak Generasi Emas di Era Transformasi Digital'. Sebuah diskusi mendalam tentang bagaimana pendidikan harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi untuk menciptakan sumber daya manusia unggul di masa depan." Tepuk tangan sopan terdengar dari peserta dan tamu yang hadir.
"Kami dengan bangga menyambut para tamu kehormatan yang telah meluangkan waktu untuk hadir di acara ini. Hadirin sekalian, mari kita sambut bersama Rektor Universitas Harapan Baru beserta seluruh ketua program studi dan dosen yang turut hadir hari ini," MC melanjutkan sambutannya, mengisyaratkan kepada para hadirin di deretan kursi depan.
Para petinggi universitas berdiri dan melangkah maju, memberikan anggukan sopan kepada hadirin sebelum mengambil tempat duduk di barisan terdepan.
"Tak lupa, kami juga dengan hormat menyambut Ketua Komisi X DPR RI beserta staf yang akan turut serta dalam diskusi hari ini. Terima kasih atas kehadiran dan dukungannya dalam upaya memajukan dunia pendidikan di Indonesia."
Beberapa orang yang mengenakan jas resmi berdiri sejenak dan memberikan senyum kepada audiens sebelum duduk kembali.
"Selanjutnya, kami juga ingin menyampaikan apresiasi kepada PT Sumber Wangi yang turut mendukung seminar ini. Hadirin sekalian, mari kita sambut Mr. Nicholass Raynard, selaku perwakilan dari PT Sumber Wangi, yang hari ini hadir bersama Chairman Icon Kecantikan Indonesia, Bapak Bayu Pradipta."
Sorotan lampu panggung mengarah pada dua pria berkharisma yang berdiri dengan penuh wibawa, memberikan salam singkat sebelum duduk di kursi tamu kehormatan.
Mendengar nama Nicholass Raynard dan Bayu Pradipta disebut, spontan Reina mengalihkan pandangannya ke arah dua pria berwibawa yang kini melangkah memasuki aula. Namun, sesuatu yang ganjil membuatnya mengernyit. Di belakang Nicholass Raynard atau yang lebih dikenal sebagai Niko, terdapat seorang gadis berambut panjang yang tergerai anggun, wajahnya menyiratkan ketenangan yang hampir beku, tatapannya menusuk lurus ke arah Reina.
Sejenak, dunia di sekitar Reina terasa melambat. Ia terdiam, tenggelam dalam sorot mata dingin gadis itu yang entah mengapa menggetarkan hatinya. Apakah mereka pernah bertemu sebelumnya? Atau hanya perasaan aneh semata?
Lamunannya buyar ketika tepukan lembut mendarat di lengannya. Tiara, dengan ekspresi bertanya, menatapnya heran. “Rein, kamu nggak apa-apa?”
Reina tersentak, mengedipkan mata beberapa kali sebelum akhirnya mengangguk kecil. Dengan cepat, ia menarik kembali fokusnya pada acara, meski bayangan gadis misterius itu masih menghantui pikirannya.
MC tersenyum, menunggu sejenak hingga suasana kembali tenang, lalu melanjutkan, "Hadirin yang terhormat, sebelum memulai seminar, marilah kita bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kami mengundang seluruh peserta untuk berdiri."
Suasana aula menjadi semakin khidmat. Semua peserta berdiri dengan rapi, menyiapkan diri untuk menyanyikan lagu kebangsaan. Speaker mulai mengalunkan intro lagu, menandai bahwa acara ini benar-benar telah dimulai dengan penuh semangat dan kebanggaan.