BEAUTY BLOOD

quinbbyyy
Chapter #6

Di Balik Pintu Karantina

Gedung utama Universitas Harapan Baru berdiri megah, memancarkan kesan elegan dengan arsitektur modern yang berpadu dengan elemen klasik. Lampu gantung kristal di lobi utama berkilau di bawah cahaya matahari, sementara lantai marmer yang luas memantulkan langkah-langkah cepat para mahasiswa. Suasana kampus seperti biasa penuh dengan aktivitas seperti diskusi akademik, persiapan acara organisasi, dan tawa riang di kantin kampus yang dipenuhi aroma kopi dan roti hangat.

Namun, hari ini ada sesuatu yang berbeda. Sorak-sorai terdengar hampir di setiap sudut, dan setiap layar ponsel menampilkan hal yang sama yakni pengumuman finalis Icon Kecantikan Indonesia yang lolos tahap karantina. Televisi kampus yang terpasang di aula utama kini menjadi pusat perhatian, menayangkan berita khusus mengenai finalis yang berasal dari Universitas Harapan Baru.

Di layar, tayangan video Rektor Universitas Harapan Baru yaitu Prof. Aditya Rahman muncul, wajahnya tampak penuh kebanggaan saat menyampaikan ucapan selamat. "Hari ini, Universitas Harapan Baru menorehkan pencapaian baru. Saya ingin mengucapkan selamat kepada Reina Celestine, Tiara Amara Wijaya, Sasha Devina, dan semua finalis yang telah lolos ke tahap karantina Icon Kecantikan Indonesia. Ini bukan hanya tentang kecantikan, tetapi juga tentang kepribadian, kecerdasan, dan bagaimana kalian mampu memberikan inspirasi bagi masyarakat. Kampus ini akan selalu mendukung kalian, dan saya yakin perjalanan ini akan menjadi pengalaman yang luar biasa bagi kalian semua."

Sorakan kembali menggema di seluruh kampus. Mahasiswa pria ikut bersorak, beberapa dari mereka bahkan mengangkat spanduk sederhana bertuliskan "Semangat Finalis Universitas Harapan Baru!", sementara mahasiswa lainnya sibuk merekam momen ini dengan ponsel mereka.

Di dalam asrama, Reina dan Tiara sudah lebih dulu mengetahui kabar tersebut lewat email resmi dari panitia. Begitu melihat nama mereka di daftar finalis, mereka langsung melompat kegirangan, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka capai.

"Tiara! Kita lolos!" Reina berseru, matanya berbinar penuh semangat.

"Astaga, Reina! Aku nggak nyangka ini beneran terjadi!" Tiara langsung merangkul sahabatnya, kegembiraan tak bisa disembunyikan dari wajahnya.

Reina masih memandangi layar ponselnya, merasa seolah ini adalah mimpi yang belum sepenuhnya ia yakini.

"Karantina di Sumber Wangi Hotel and Resort…" katanya lirih. "Aku dengar tempatnya luar biasa mewah. Tapi yang lebih penting, kita bakal bertemu dengan finalis lain dan memulai perjalanan ini!"

Tiara mengangguk cepat, matanya berbinar. "Dan kita bakal saling dukung! Aku nggak bisa bayangin ikut ajang ini tanpa kamu." Reina tersenyum, merasakan kehangatan persahabatan mereka. "Kita akan menjalani ini bersama," ujarnya mantap.

Di luar, suasana kampus masih riuh. Mahasiswa saling mengucapkan selamat, menyusun strategi dukungan, dan mengabadikan momen bersejarah ini. Tetapi jauh di lubuk hati Reina ada sesuatu yang masih mengganjal, sebuah perasaan yang belum bisa ia jelaskan.

Dan mungkin, perjalanan ini tidak hanya akan memperlihatkan cahaya, tetapi juga bayangan yang belum ia sadari.

***

Pagi menyapa dengan kelembutan yang khas. Dari luar jendela asrama, kicauan burung bersahutan, membawa harmoni alam yang menenangkan. Beberapa ekor burung gereja melompat-lompat di dahan pohon, menyambut sinar matahari yang mulai menghangatkan udara. Langit bersih tanpa awan, memberi kesan segar untuk memulai hari yang penuh semangat.

Di dalam kamar, Reina dan Tiara sudah sibuk sejak fajar. Koper besar terbuka di atas tempat tidur, pakaian tertata rapi, dan berbagai perlengkapan mulai masuk satu per satu. Cahaya lembut matahari pagi menembus tirai pastel, menciptakan siluet hangat di dinding, sementara aroma teh melati yang diseduh Tiara perlahan memenuhi ruangan.

"Reina, kamu yakin nggak lupa apa-apa?" tanya Tiara sambil menggulung gaun dan memasukkannya ke dalam koper.

Reina, yang duduk bersila di lantai, memeriksa kembali daftar barang yang harus dibawa. "Aku udah cek tiga kali, kayaknya semuanya sudah masuk. Gaun formal, pakaian kasual, national costume, alat tulis, identitas koper… Oh, laptop dan skincare juga udah masuk!"

Tiara tersenyum puas. "Kalau begitu, kita siap!"

Mereka saling bertukar pandang, merasakan semangat membara dalam diri masing-masing. Di luar, burung-burung masih berkicau riang, seakan ikut menyemangati perjalanan besar yang akan mereka mulai.

Namun, sebelum mereka bisa menikmati momen pagi lebih lama, ponsel Reina bergetar di atas meja.

Missed calls from Sasha.

Terlihat satu panggilan tak terjawab dari Sasha dan satu pesan masuk dari pengirim yang sama.

Tanpa menunggu lama, Reina membuka pesan iMessage dari Sasha.

Kalian di mana? Kita harus segera ke aula! Kalian tidak lupa kan kalo hari ini petinggi universitas mau melepas kita sebelum berangkat ke Sumber Wangi Hotel!

Reina membaca pesan itu, lalu menoleh ke Tiara dengan mata terbelalak. "Kita harus bergegas! Sasha sudah menunggu di kampus!"

Tanpa berpikir panjang, mereka segera menutup koper masing-masing, meraih tas tangan, dan berlari keluar kamar dengan semangat yang meluap. Hari ini, mereka akan melangkah lebih jauh dalam perjalanan yang telah mereka pilih dan universitas mereka ada di belakang, memberikan dukungan penuh untuk langkah besar ini.

***

 

Lihat selengkapnya