PROLOGUE
Hey, Jangan terburu-terburu jatuh cinta, tapi kalau sudah terlanjur dan jadinya kecewa, jangan melemah. Kamu harus kuat sekuat baja. Hapus airmata itu. Ayolah, kamu adalah Superhero.
Dan ceritanya dimulai …
Hari ini waktu kota Bandung diguyur hujan.
Kamu masih memegang telepon genggam yang berisikan pesan singkat darinya. Setelah beberapa waktu lalu WA kamu hanya diread-nya. Setelah telpon kamu tidak diangkat-angkatnya dan sms kamu tidak berbalas juga. Setelah semua sosial medianya memblokir akun kamu. Kamu tak mengerti tapi nalar kamu bekerja. Kamu mulai mencurigai sesuatu yang tak bagus sedang terjadi. Menyebalkan memang, padahal kamu awalnya tahu ada yang tak beres dengan dirinya, tapi kamu tetap memilih untuk terus berjalan bersamanya. Mencoba untuk berbaik sangka, mencoba mengikuti insting cintamu yang ternyata salah.
Pause, kamu mem-pause sebentar hari ini, lalu me-rewind pikiran kamu, ke waktu saat kamu bertemu pertama kali dengannya. Lalu kamu mem-play-nya, tak lama, kamu seperti melihat sebuah layar besar film hitam putih terbentang di antara hujan yang turun di Jalan Braga. Film tentang kamu dan dia. Kamu melihat saat tangan kamu bersalaman dengan tangannya, saat pertama kali perkenalan. Senyumnya bagai pangeran yang penuh pesona saat itu di matamu, memandikan harapan kamu yang baru saja patah karena cinta monyetmu tak restu orang tua.
Kamu mendengar suaranya dengan dolby yang menawan di telingamu. “Hai namaku Steven, nama kamu siapa? PA … pa … pa ….” dengan sedikit echo begitu di telingamu. Steven taikucing, maki kamu dalam hati. Nama aslinya adalah Dadang. Itu kamu tahu setelah beberapa bulan kamu jalan dengannya, setelah kamu didekati dan dirayunya untuk mau jadi pacarnya.
Yah, meski kamu tahu ia berbohong, kamu tetap saja jatuh dalam rayunya. Awalnya, hari-hari itu menjadi begitu penuh cinta. Mimih, pipih, ayang, mbeb, puja-puji asmara bertaburan di sosial media, saling komen sayang-sayangan di sosial media juga, padahal ‘kan bisa langsung saja telpon ya, yaaah tapi namanya jatuh cinta, siapa yang bisa larang? Semua orang harus tahu geloranya, semua orang tahu mesranya, intinya pamer cinta di sosial media, tidak perduli lagi dengan malu atau dibilang lebay karena yang kamu tahu saat itu di dunia hanya ada kamu dan dia.
Sial ‘kan? Seharusnya kamu sudah tahu, dengan awal perkenalan yang tidak jujur, itu adalah sebuah tanda. Bahwa Dadang bisa menjadi Steven itu ketidakjujuran yang tidak bagus. Kamu seharusnya tahu itu. Meski katanya juga, “Ah nama kan sepele, buat keren-kerenan aja.” Huh Dadang sedang ngeles tapi kata-kata itu yang akhirnya membuatmu memaklumi dan terus mengikuti insting kamu tanpa berpikir kamu telah masuk ke dalam jebakan cinta yang salah.