“3 kali salam seminggu ini kamu bolos Sheren, apa yang ada di pikiran kamu?” omel mama pada anak gadisnya.
Sheren hanya diam sambil menatap sarapan nya dengan tidak berselera.
“Bolos sekolah, pulang-pulang sama cowo. Kamu ini kenapa Sheren?”
Dari arah tangga terdengar derapan langkah seseorang menuruni tangga.
“Ma, Sean mau berangkat.” ujar Sean.
Mama menoleh “Kamu nggak sarapan?”
Sean menggeleng “Sean ada piket osis, harus berangkat pagi.” ujarnya sambil merapihkan dasi.
Sang mama menghela dan meninggalkan Sheren yang sedang diomelinya, kemudian wanita itu masuk kedalam kamarnya.
“Ayo kak, bareng gue aja.” ujar Sean.
Sheren menoleh.
“Daripada lu dimarahin mama, mending berangkat sekarang bareng gue.” lanjut cowok itu.
Sheren mengangguk “Pinter lo!” ujar gadis itu kemudian meninggalkan meja makan dan mengambil tas sekolahnya.
“Ini uang untuk sarapan, jangan lupa sarapan ya!” ujar mama sambil memberikan pecahan lima puluh ribu dua lembar kepada sean. Kemudian wanita itu mengelus pipi putranya singkat.
“Sheren juga berangkat ma,” ujar Sheren sambil berlari kecil menyalami mamanya.
“Biasanya kamu nggak suka naik motor.” ujar mamanya bingung
Sheren meringis “Sekarang Sheren udah suka naik motor kok!” ujarnya sambil menadahkan tangannya.
“Sheren minta uang ya?” cicit Sheren sambil tersenyum kepada mamanya.
Wanita itu menghela “Sini mama cek dompet kamu.”
Sheren mempoutkan bibirnya kemudian merogoh tas, meraba raba isinya berusaha menemukan benda yang dimaksud.
“Nih!” ujar Sheren sambil memberikan dompet berwarna pink muda.
Sedetik kemudian Sheren tercekat, ia menatap dompet yang kini telah berpindah ke tangan mamanya itu dengan tidak percaya.
“Kok..dompet Sheren ada…” ujarnya.
Mamanya mengernyit “Emang ada, uang kamu masih banyak jangan boros!” mamanya mengomel lagi sambil mengembalikan dompet Sheren.
Sheren masih terbengong menatap dompet itu.
“Dompet sheren ketemu ma!” pekiknya sambil melompat lompat senang, cewek itu mengangkat dompetnya tinggi-tinggi kemudian menciumnya beberapa kali.
Sean dan mamanya bertatapan beberapa detik.
“Kak udah deh, ayo berangkat.” Sean menarik tangan Sheren keluar rumah.
“Dadah maa…” ujar Sheren sambil melambaikan tangan ke arah mamanya.
Sang mama hanya memijat pelipis dengan singkat melihat tingkah laku putrinya yang abstrak, dan sepertinya ia lupa kalau da harus menceramahi Sheren lebih panjang agar tidak membolos terus.