Because I Know

Rizqiqa Adibya
Chapter #7

Really Bad Luck

“Gimana?”

Sheren berdecak “Gimana apanya sih?!”

“Ya.., kamu udah suka sama dia atau belum?” ujar Namjun sambil memijat pangkal hidungnya.

“Ya belum lah gila?! Sumpah gue beneran nggak mau kak.., ditambah lagi, Axel kayaknya nggak suka sama dia, masa gue deketin dia? nanti Axel marah sama gue,” tutur gadis itu sambil sedikit merengutkan bibir.

“Kamu harus tetap ada di pihak Arven, saya berani jamin seratus persen Arven bukan orang jahat.”

“Justru itu, dia terlalu baik buat gue kak.., gantiin jodoh gue ya? please…!” gadis itu memelas sambil menatap Namjun.

Namjun menghela sambil mengalihkan pandangannya “Tidak bisa, nama Arven dan Sheren sudah dituliskan bersama di langit sana. Aku tidak mau susah-susah berubahnya demi kamu.”

Sheren mendengus “Y—Yaudah terserah Kakak deh! Tapi gue tetep nggak mau! Sana pulang gue mau tidur!” usir Sheren sambil mendorong tubuh Namjun keluar dari pagar rumahnya.

“Tunggu Ryu—”

“Daah Kak Namjun!” ujar Sheren cepat sambil menutup pagar rumahnya.

“Ryu, Kakak akan bantu kalau kamu memang mau membuat Arven berubah hingga sesuai dengan kamu. Ta—”

“Nggak deh kak, gue sama Axel aja,” ujar Sheren sambil melangkah masuk dan menutup pintu rumahnya.

Namjun menghela, kemudian ia mendongak menatap bulan yang hampir bulat sempurna dikelilingi bintang bintang.

“Semesta, saya harus apa? Ryu sangat keras kepala.”

-

“Ren.”

Sheren menoleh, kemudian pipinya tersenyum mengembang.

“Axel? Kenapa?”

Cowok itu mengulum bibir “Mungkin lo ilfieel sama gue karena kejadian kemarin, maaf ya.” ujarnya sambil memberikan sebuah papper bag berukuran kecil.

“Eh? Ini apa?” gumam Sheren sambil mengintip kedalamnya.

Disana ada sebuah kotak hitam berukuran sedang, Sheren pun mengambilnya dan membuka kotak tersebut.

“Astaga! cantik banget!”

Sheren terkesiap begitu melihat gelang rantai yang sangat indah dilengkapi batu permata kecil yang mengelilinginya.

Axel menggaruk tengkuk “Gue harap lo suka ya Ren, maafin sikap gue kemarin,” ujar Axel.

Sheren mengulum senyum kemudian mengangguk.

Axel mengambil gelang tersebut kemudian memasangkanya pada pergelangan tangan Sheren.

“Cantik” puji axel.

Brakk

Mereka menoleh ke suara kencang yang baru saja terdengar. Itu Reon yang membanting bukunya ke atas meja dan sedetik kemudian keluar dengan kesal.

“Eh Reon!” pekik Arora.

Sheren berdecak samar, ia menggerutu dalam hati mengapa Reon masih saja tidak suka ia berhubungan dengan Axel.

“Sebentar Xel!” ujar Sheren kemudian berlari kecil menyusul Reon.

“Reon! Lo kenapa sih?!” tanya Sheren sambil berlari menyusul cowok itu.

Sheren terus memanggil Reon, setidaknya menyuruh cowok itu untuk memperlambat langkahnya agar Sheren tidak kelelahan. Tapi Reon tidak mengindahkan panggilan Sheren, ia tetap berjalan dengan langkahnya yang panjang.

Sementara Sheren mulai sesak, ia tidak tentu terbiasa bermain kejar-kejaran seperti ini. Tubuhnya lelah, namun Reon harus tetap dikejar.

“Reon ih pelan-pelan!” pekiknya kemudian berusaha mengencangkan laju larinya.

Lihat selengkapnya